Perkembangan di Timur Tengah menjadi pemberat bagi harga minyak. Bloomberg News memberitakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengungkapkan kesepakatan pembebasan warga Israel yang disandera kelompok Hamas sudah hampir selesai.
Ini membuat konflik antara 2 pihak itu bisa diredam, setidaknya untuk sementara. Penurunan tensi geopolitik di Timur Tengah membuat harga minyak bergerak turun.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), minyak memang sedang bearish. Untuk Brent, nilai Relative Strength Index (RSI) ada di 45,51.
RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang di posisi bearish.
Sedangkan indikator Stochastic RSI berada di 100. Sudah maksimal, sudah jauh di atas ambang batas 80, sudah sangat jenuh beli (overbought).
Oleh karena itu, harga Brent kemungkinan akan bergerak turun meski dalam rentang terbatas. Target support terdekat ada di US$ 80,99/barel yang jika tertembus bisa turun lagi ke US$ 80,79/barel.
Sementara target resisten terdekat adalah US$ 83,82/barel. Jika tertembus, maka harga Brent bisa naik lagi menuju US$ 88,15/barel.
Untuk WTI, skor RSI ada di 44,45. Seperti halnya Brent, WTI juga masih bearish.
Kemudian Stochastic RSI berada di 98,82. Tidak setinggi Brent, tetapi tetap tergolong overbought.
Target support terdekat untuk WTI ada di US$ 76,81/barel. Jika tertembus, maka harga bisa turun lagi ke US$ 76,4/barel.
Target resisten terdekat adalah US$ 78,86/barel. Penembusan di titik ini bisa membawa harga WTI naik ke US$ 84,3/barel.
(aji)