Logo Bloomberg Technoz

Aksi profit taking di pasar surat utang domestik juga mewarnai gerak rupiah meski kemarin dalam dua gelar lelang yaitu lelang SBSN alias sukuk dan lelang perdana Sertifikat Valas Bank Indonesia (SVBI) mencatat animo pasar yang tinggi.

Sinyal dovish The Fed

Notulensi dari Federal Open Meeting Committee (FOMC) atau komite rapat terbuka bank sentral AS yang dilansir semalam cenderung melontarkan sinyal bernada 'dovish' sehingga makin menguatkan optimisme pasar bahwa siklus kenaikan bunga acuan The Fed sudah berakhir.

Reaksi pasar memperlihatkan optimisme itu. Indeks harga obligasi di pasar negara maju maupun berkembang ditutup menguat. Indeks mata uang negara berkembang, MSCI Emerging Market Currency Index, juga parkir di zona hijau semalam. Sementara indeks dolar AS ditutup dengan penguatan tipis setelah tiga hari berturut-turut melemah, terungkit sentimen bursa saham Wall Street yang terbebani kekecewaan terkait kinerja emiten teknologi.

Namun, rupiah sepertinya masih akan kesulitan dan bergerak konsolidasi cenderung melemah pagi ini seperti terlihat dari sinyal di pasar derivatif.

Level Rp15.415/US$ akan menjadi titik resistance rupiah hari ini. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan ada di Rp15.394/US$.

Selama nilai rupiah bertengger di atas Rp15.450/US$, maka masih ada potensi untuk melemah.

Sebaliknya, bila terjadi penguatan hingga di bawah Rp15.420/US$ dalam tren jangka pendek maka nilai rupiah berpotensi terus menguat hingga menuju Rp15.380/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 22 November (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages