Ini adalah SPN terbitan baru bertenor pendek, yang jatuh tempo pada 31 Mei 2023 dengan tingkat kupon diskonto. Pemerintah menetapkan alokasi pembelian untuk seri ini maksimal 50% dari yang dimenangkan
2. SPN12240229
Ini juga new issuance yang akan jatuh tempo pada 29 Februari 2024 dengan tingkat kupon diskonto
3. FR0095
Akan jatuh tempo pada 15 Agustus 2028, memiliki tingkat kupon 6,37%
4. FR0096
Adalah SUN reopening yang akan jatuh tempo pada 15 Februari 2033, memberikan kupon sebesar 7%
5. FR0098
Tingkat kupon mencapai 7,125% dan akan jatuh tempo pada 15 Juni 2038 nanti
6. FR0097
Memiliki tingkat kupon 7,125% dan akan jatuh tempo pada 15 Juni 2043
7. FR0089
Tingkat kupon sebesar 6,875% dan memiliki maturity date pada 15 Agustus 2051
Asing terus lepas SUN
Lelang akan diikuti oleh dealer utama yaitu 16 bank termasuk bank asing, 3 sekuritas, juga akan diikuti oleh Lembaga Penjamin Simpanan dan Bank Indonesia.
Pada gelar lelang SUN sebelumnya yang digelar 14 Februari, dari total nilai penawaran masuk yang mencapai Rp 55,98 triliun, pemerintah hanya menyerap Rp 20 triliun saja, lebih rendah dari dari target indikatif yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 23 triliun hingga Rp 34,5 triliun.
Hal yang sama juga terjadi dalam lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang menyerap lebih sedikit dari nilai penawaran yang masuk maupun dari target indikatif.
Dwi Irianti Hadiningdyah, Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kemenkeu menjelaskan, nilai penyerapan yang lebih rendah itu semata dilatarbelakangi kebutuhan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). “Simpel saja, duitnya masih banyak. Jadi, sesuai kebutuhan APBN,” jelas Dwi, pekan lalu, kepada Bloomberg Technoz.
Untuk SBSN, investor lokal lebih dominan dibandingkan investor asing. Dalam lelang SBSN terakhir, investor lokal terlihat mendominasi dengan nilai penawaran masuk mencapai 90% dari total. Porsi investor asing hanya sekitar 2,8% dari nilai total SBSN yang bisa diperdagangkan di pasar.
Sebaliknya untuk SUN, porsi kepemilikan asing jauh lebih besar di mana nilainya mencapai 17,65% per 23 Februari 2023 atau setara Rp 777,1 triliun dari total SBN tradable senilai Rp 4.402,98 triliun. Posisi kepemilikan asing sudah tergerus 1,14% dari posisi tertinggi selama 2023 sebesar Rp 786,14 triliun pada 7 Februari lalu.
Tekanan jual investor asing terus berlangsung setidaknya dalam dua pekan terakhir. Terindikasi dari terus turunnya kepemilikan asing di SUN yang akhirnya menyeret turun pula total foreign ownership di SBN (terdiri atas SUN dan SBSN) yaitu dari sebesar Rp 816,2 triliun pada 7 Februari menjadi Rp 806,07 triliun pada 23 Februari. Aksi jual asing di pasar obligasi domestik telah melambungkan yield SUN, mengindikasikan penurunan harga.
Pada perdagangan Jumat, yield SUN tenor 10 tahun ditutup di posisi 6,790%. Sehari sebelumnya, yield sempat menyentuh 6,799%, tertinggi sejak 11 Januari 2023.
Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun bergerak naik ke posisi 98,098 bps per 24 Februari dari posisi 92,45 bps pada 17 Februari. CDS merupakan instrumen yang memperdagangkan risiko gagal bayar (default) dari sebuah obligasi. Semakin tinggi nilai atau angkanya, maka risiko gagal bayar obligasi tersebut semakin besar.
Catatan Bank Indonesia, dalam rentang empat hari, 20-23 Februari, pemodal asing di pasar keuangan domestik mencatat nilai jual bersih atau nett sell Rp 640 miliar. Perinciannya, nett sell senilai Rp 860 miliar di pasar SBN dan nett buy sebesar Rp 230 miliar di pasar saham.
Walau begitu, bila menghitung sejak awal tahun, sepanjang 2023 berdasarkan data setelmen sampai dengan 24 Februari lalu, investor asing tercatat beli bersih alias nett buy senilai Rp 43,88 triliun di pasar SBN dan nett sell senilai Rp 2,36 triliun di pasar saham.
Data konsumsi AS
Pada Jumat pagi waktu Amerika, Bureau of Economic Analysis (BEA) Amerika Serikat merilis data Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi atau Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index naik 5,4% year-on-year pada Januari 2023. Sedang PCE Price Index di luar makanan dan energi naik 4,7%.
Angka Personal Income juga meningkat 0,6% month-to-month sebesar US$ 131,1 miliar. Adapun Disposable Personal Income (DPI) meningkat 2% atau US$ 387,4 milir dan Personal Consumption Expenditures (PCE) naik 1,8%.
Sentimen konsumen juga naik ke level tertinggi dalam setahun disusul laju penjualan rumah baru juga melampaui perkiraan.
Data-data tersebut melampaui dugaan para analis dan pelaku pasar. Kenaikan nilai pengeluaran konsumsi pribadi di negeri paman sam menggarisbawahi lagi risiko inflasi yang masih terus tinggi di negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Inflasi AS sampai hari ini masih berkobar kendati otoritas moneter di sana telah menempuh kebijakan bunga acuan paling agresif sepanjang sejarah.
Konsumsi masyarakat AS yang masih tangguh ditambah lagi kondisi pasar tenaga kerja yang tak juga melonggar, menjadi kombinasi yang akan menyulitkan langkah The Federal Reserves menyeret turun inflasi ke target 2%.
Kesemua data-data itu membuat spekulasi pasar kembali liar terkait arah kebijakan bunga acuan The Fed. Setelah terlihat mulai menerima terminal rate The Fed mungkin akan terhenti di 5,5% pada tahun ini, data terbaru perekonomian membuat pelaku pasar kembali ragu.
Kebijakan bunga tinggi The Fed ditakutkan akan berlangsung jauh lebih lama ketimbang yang diharapkan oleh pasar dan pada akhirnya bisa melukai laba perusahaan.
Data-data terbaru perekonomian AS menyulut sentimen negatif di pasar. Indeks S&P 500 pada penutupan perdagangan Jumat (24/2/2023), melanjutkan penurunan mingguan yang terburuk pada tahun ini dan terhenti dengan pelemahan 1,1%.
Lalu, Nasdaq 100 yang berisi banyak saham teknologi, longsor 1,7%, menyusul tingkat imbal hasil surat utang AS yang menembus 4,8%, tertinggi sejak 2007. Adapun Dow Jones Industrial Average (DJIA) tergerus 1%. Dolar AS semakin digdaya. Bloomberg Dollar Spot Index menguat 0,7%.
Sentimen negatif dari pasar global itu akan menjadi tekanan lebih besar pada kekuatan nilai tukar rupiah pekan depan. Rupiah terakhir sudah di level di atas Rp 15.200 pada Jumat lalu. Dengan adanya sentimen buruk termutakhir, posisi mata uang garudan dalam menghadapi the greenback bisa semakin terbenam.
Animo asing pada aset rupiah kemungkinan besar akan terpengaruh sentimen terakhir yang melanda pasar global, termasuk nanti dalam lelang SUN pada Selasa.
Seri SUN yang tenornya jatuh tempo 10 tahun lagi pada 2033, yaitu FR0096 ditawarkan dengan tingkat kupon 7%. Pada lelang sebelumnya pada 14 Februari, seri ini dimenangkan dengan tingkat yield rata-rata tertimbang di kisaran 6,71796%. Nilai penawaran masuk juga menjadi yang terbesar untuk seri ini yaitu sebesar Rp 24,35 triliun. Namun, pemerintah hanya menyerap Rp 6,75 triliun dari total nilai penyerapan lelang Rp 20 triliun.
Berikut rangkuman penting pasar global dan domestik pada pekan lalu:
Saham
- S&P 500 tergerus 1,1% pada pukul 16.00 waktu New York
- Nasdaq 100 jatuh 1,7%
- DJIA melemah 1%
- MSCI World Indeks tergerus 1,2%
- IHSG menguat 0,25% pada penutupan Jumat (24/2/2023)
Valuta Asing
- Bloomberg Dollar Spot Index menguat 0,7%
- Euro melemah 0,5% ke posisi US$ 1,0547
- Poundsterling melemah 0,6%
- Yen Jepang melemah 1,5%
- Rupiah melemah 0,24% melawan dolar AS
Cryptocurrency
- Bitcoin melemah 2.8% ke posisi US$ 23.207,5
- Ether terjatuh 2,1% ke posisi US$ 1.610,62
Obligasi
- Yield US Treasury 10 tahun menguat 7 bps ke posisi 3,95%
- Yield SUN 10 tahun turun tipis ke level 6,79%
Komoditas
- Harga minyak WTI (West Texas Intermediate) naik 1,6% ke posisi US$ 76,59 per barel
- Harga emas melemah 0,5% ke level US$ 1.818,10 per troy ounce
(rui)