Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh sebelumnya mengindikasikan bahwa negosiasi penyanderaan bergerak maju, menyusul komentar serupa dari Presiden AS Joe Biden. "Gerakan ini menyampaikan tanggapannya kepada saudara-saudara di Qatar dan para mediator, dan kami hampir mencapai kesepakatan gencatan senjata," kata Haniyeh, yang berbasis di ibu kota Qatar, Doha, dalam sebuah pernyataan di Telegram.
Biden mengatakan pada hari Selasa bahwa kesepakatan sudah "sangat dekat" dan peluang untuk menyelesaikannya "sangat bagus."
Ma'ariv melaporkan, seorang pejabat Israel mengatakan kepada media lokal bahwa 50 wanita dan anak-anak yang disandera di Gaza akan dibebaskan selama jeda empat hari dalam pertempuran. Semua yang dibebaskan adalah warga negara Israel, kata situs berita tersebut.
Israel akan bersedia untuk melanjutkan gencatan senjata untuk beberapa hari lagi dengan imbalan pembebasan 10 sandera per hari. Sehingga jumlah total sandera yang bisa dibebaskan dapat mencapai 70 atau 80 orang. Rencana pembebasan ini diperkirakan akan dimulai pada Kamis atau Jumat; seperti dilaporkan Kan, lembaga penyiaran publik Israel. Israel juga akan membebaskan tiga tahanan wanita atau remaja untuk setiap sandera yang dibebaskan.
"Ketika kami memiliki lebih banyak hal untuk disampaikan, kami akan menyampaikannya, namun untuk saat ini semuanya terlihat baik," kata Biden kepada para wartawan di Gedung Putih.
Qatar membantu menengahi perundingan antara Israel dan Hamas, yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS dan Uni Eropa. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al-Ansari, mengatakan bahwa perundingan tersebut berada pada tahap yang kritis.
Kedua belah pihak adalah yang paling dekat dengan kesepakatan penyanderaan sejak perang dimulai, kata seorang pejabat AS. Namun, perundingan-perundingan sebelumnya telah gagal, dan tidak ada jaminan keberhasilan.
Perkembangan ini terjadi ketika tekanan internasional semakin meningkat terhadap Israel untuk mengakhiri serangan pembalasan selama lebih dari enam minggu di Gaza, yang menurut pihak berwenang di daerah kantong yang dikuasai Hamas itu telah menewaskan lebih dari 14.000 orang dan memicu krisis kemanusiaan. Kantor media pemerintah mengatakan bahwa 6.800 orang dilaporkan hilang atau terjebak di bawah reruntuhan. Israel mengatakan bahwa serangan Hamas menewaskan lebih dari 1.200 orang.
Sementara itu, pasukan Israel telah terlibat dalam pertempuran sengit dengan Hamas di Jalur Gaza utara bahkan ketika perundingan penyanderaan mengalami kemajuan. Dorongan utama serangan darat Israel adalah ke Kota Gaza, yang digambarkan oleh militer sebagai "pusat gravitasi" Hamas.
Pasukan Israel telah menguasai banyak bagian dari rumah sakit Al Shifa di kota itu dan selama akhir pekan lalu menunjukkan video yang mereka katakan membuktikan bahwa Hamas telah mengeksploitasi fasilitas tersebut, membangun pusat komando dan terowongan di bawahnya.
Sementara Israel memusatkan serangan udara dan serangan daratnya di Gaza utara, Israel kini mengalihkan perhatiannya ke selatan, mengisyaratkan kemungkinan untuk mengirim pasukan ke sana. Israel telah mendesak warga sipil untuk mengungsi ke Gaza selatan sejak awal perang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa situasi kemanusiaan di Jalur Gaza yang padat sangat mengerikan dan sekitar 2 juta penduduknya membutuhkan lebih banyak makanan dan obat-obatan. Kekhawatiran juga tetap ada bahwa perang akan berkembang menjadi konflik Timur Tengah yang lebih luas karena baku tembak di sepanjang perbatasan utara Israel dengan Lebanon terus berlanjut setiap hari.
Pesawat-pesawat tempur Israel pada hari Selasa menyerang target-target di dalam wilayah Lebanon setelah para pejuang Hizbullah yang didukung Iran menembakkan peluru mortir ke sebuah pos militer, kata tentara Israel. Tiga warga sipil termasuk dua jurnalis tewas dalam pemboman Israel tersebut, demikian dilaporkan Kantor Berita Nasional Lebanon.
(bbn)