Logo Bloomberg Technoz

Erick Sebut JETP Sebagai ‘Utang Produktif’, RI Butuh Rp1.500 T

Sultan Ibnu Affan
21 November 2023 14:00

Menteri BUMN Erick Thohir saat pertemuan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) 2023. (Dok. BRI)
Menteri BUMN Erick Thohir saat pertemuan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) 2023. (Dok. BRI)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Dana US$20 miliar (sekitar Rp309 triliun) yang dikucurkan melalui skema Just Energy Transition Program (JETP) dinilai hanya mencakup seperlima dari kebutuhan pembiayaan transisi energi di Indonesia. 

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sekaligus Plt. Menko Bidang Investasi dan Kemaritiman, Erick Thohir mengisyaratkan jika negara-negara maju serius mendorong Indonesia untuk bertransisi, seyogianya komitmen investasi JETP ditambah.

“[Dana transisi energi Indonesia] US$97,3 miliar [sekitar Rp1.503 triliun] yang diperlukan, kalau sekarang baru US$20 miliar masih kurang. Jadi kalau mereka mau serius dorong Indonesia, yang di  mana kita merupakan negara yang menjadi pertumbuhan ekonomi dunia, ya ini juga menjadi hal yang penting,” ujarnya seusai peluncuran dokumen Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP) JETP, Senin (21/11/2023).

Erick pun menyoroti salah satu permasalahan pendanaan JETP ihwal bunga utang yang dinilai terlalu tinggi dan memberatkan negara berkembang. Pun demikian, dia menilai utang tersebut bersifat produktif yang masih dalam taraf wajar.

“Kan ada utang yang tidak produktif dan dikorupsi. Nah itu yang kita sikat. Namun, kalau utang produktif itu biasa. Pengusaha saja utangnya 70% equity–nya 30%. Jadi utang yang dikorupsi dan pemborosan itu yang kita sikat. Namun, kalau utang produktif itu biasa.”