Pembayaran imbal hasil atas investasi asing, lanjut laporan BI, tercatat US$ 10 miliar pada kuartal III-2023. Lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 10,8 miliar. Penurunan terjadi baik di investasi asing langsung (FDI) maupun portofolio.
Di sisi lain, pembayaran atas pendapatan investasi lainnya meningkat akibat kenaikan suku bunga global. Ini disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global yang kemudian mempengaruhi kepemilikan asing di instrumen surat utang domestik.
Kementerian Keuangan mencatat, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) per akhir kuartal III-2023 adalah Rp 810,38 triliun. Turun dibandingkan akhir kuartal II-2023 yang senilai Rp 846,89 triliun.
Sementara pendapatan warga negara Indonesia atas investasi di luar negeri pada kuartal III-2023 adalah US$ 1,9 miliar. Relatif stabil dibandingkan kuartal sebelumnya.
Freight Didominasi Asing
Pos kedua yang memberi sumbangan terbesar terhadap defisit transaksi berjalan adalah neraca jasa-jasa, yang minus US$ 4,11 miliar. Ekspor jasa tercatat US$ 9,22 miliar sementara impornya US$ 13,32 miliar.
Di komponen neraca jasa, defisit paling dalam dialami oleh transportasi yang minus US$ 2,01 miliar. Ekspor jasa transportasi tercatat US$ 1,23 miliar dan impornya US$ 3,24 miliar.
“Penerimaan jasa transportasi didorong oleh peningkatan penumpang dan freight ekspor sejalan dengan peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan ekspor barang. Di sisi lain, pembayaran jasa transportasi juga meningkat terutama disebabkan freight impor seiring dengan peningkatan impor barang pada periode laporan,” jelas laporan BI.
Soal pengangkutan (freight), asing memang masih mendominasi. Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Capt Antoni Arif Priadi menyebut 60.000 kapal mengangkut hingga 1 miliar ton barang keluar dan masuk perairan Indonesia setiap tahunnya.
"Dari seluruh kapal yang melakukan kegiatan ekspor impor di wilayah perairan Indonesia selama kurun waktu 2017-2022, sebanyak 37% merupakan kapal Indonesia, dan 63% merupakan kapal asing. Pada 2022 yang lalu, jumlah kapal yang melakukan kegiatan di perairan Indonesia mencapai 10.534, dan sebanyak 9.458 diantaranya merupakan kapal asing,” jelas Capt Antoni seperti dikutip dari keterangan tertulis Kemenhub.
Peningkatan ekspor memang berdampak positif, mendatangkan devisa dari penjualan produk-produk buatan Indonesia. Namun di sisi lain, peningkatan ekspor juga akan menyebabkan defisit neraca transportasi semakin dalam karena freight Indonesia masih didominasi pemain asing, yang membawa devisa ke luar dari Indonesia.
Defisit di neraca pembayaran primer dan jasa-jasa menyebabkan surplus neraca perdagangan barang tertutup. Pada kuartal III-2023, neraca perdagangan barang surplus US$ 10,27 miliar, naik dari kuartal sebelumnya yang surplus US$ 10,13 miliar.
Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi nilai tukar mata uang suatu negara. Sebab, transaksi berjalan mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa yang berjangka panjang. Tidak seperti transaksi modal dan finansial yang mengukur pasokan valas dari hot money di sektor keuangan.
Investor Asing 'Kabur'
Seperti halnya transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial juga defisit pada kuartal III-2023. Nilainya adalah minus US$ 0,3 miliar (0,1% PDB). Defisit transaksi modal dan finansial membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang sedalam US$ 4,8 miliar (1,4% PDB).
Penyumbang defisit terbesar di transaksi modal dan finansial adalah pos investasi portofolio yang minus US$ 3,13 miliar. Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yang defisit US$ 2,63 miliar.
“Perkembangan tersebut terutama bersumber dari arus keluar neto investasi portofolio di sisi kewajiban sebesar US$ 2,6 miliar, mengalami peningkatan dari US$ 1,8 miliar pada triwulan sebelumnya. Di sisi aset, penduduk Indonesia tercatat melakukan pembelian neto surat berharga di luar negeri (outflow) sebesar US$ 0,5 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 0,8 miliar,” terang laporan BI.
Pada kuartal III-2023, menurut laporan BI, ketidakpastian di pasar keuangan global terus berlanjut dan semakin meningkat. Perkembangan ini mendorong investor asing beralih ke aset yang lebih likuid dan mengakibatkan investasi di portofolio sisi kewajiban sektor publik mencatat aliran keluar neto dana asing asing sebesar US$ 1,6 miliar.
Investor asing, imbuh laporan BI, tercatat melakukan penjualan neto SBN berdenominasi rupiah sebesar US$ 1,3 miliar. Pada kuartal sebelumnya, investor asing mencatatkan aliran modal masuk US$ 2,5 miliar.
Tingginya peranan investor asing di pasar keuangan Indonesia membuat transaksi modal dan finansial menjadi rentan. Saat terjadi guncangan, investor asing memilih keluar sehingga menimbulkan tekanan di transaksi modal dan finansial. Tekanan ini tentu bisa dikurangi jika peran investor domestik lebih ditingkatkan.
(aji/roy)