Begitu juga rumah tangga dengan pengeluaran Rp1 juta hingga Rp3 juta yang mencatat kenaikan permintaan utang bulan lalu. Sedangkan rumah tangga dengan tingkat pengeluaran lebih besar di atas Rp5 juta, mencatat penurunan permintaan utang.
Hasil survei ini juga memotret bahwa minat rumah tangga mengajukan pembiayaan pada fintech dan lembaga keuangan selain bank ke depan yaitu tiga hingga enam bulan lagi, terus meningkat. Sebaliknya, pangsa bank umum sebagai sumber pembiayaan nasabah individu diperkirakan menurun ke depan.
Sementara jenis kredit atau pembiayaan yang diperkirakan akan banyak diajukan oleh nasabah rumah tangga ke depan adalah jenis kredit multiguna.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, sampai Agustus lalu, nilai outstanding pinjaman online, mencapai Rp53,11 triliun, mencerminkan kenaikan 354% dalam lima tahun yaitu dibanding Agustus 2018 yang sebesar Rp11,68 triliun.
Sementara nilai pembiayaan yang disalurkan melalui koperasi tidak ada data tersedia sejauh ini. Adapun pembiayaan yang tersalur melalui multifinance mencapai Rp457,8 triliun per September lalu, termasuk untuk nasabah korporasi maupun individu/rumah tangga.
Lebih mudah, lebih mahal
Survei tidak menjelaskan mengapa minat mengajukan utang ke koperasi dan fintech maupun leasing terus meningkat dan mengikis pangsa pembiayaan dari bank umum.
Kemudahan akses utang kemungkinan menjadi alasan utama mengapa minat terhadap pembiayaan dari fintech dan lembaga keuangan nonbank lain terus meningkat.
Sebagai perbandingan, bila seseorang mengajukan Kredit Tanpa Agunan (KTA) ke bank umum, persyaratannya bukan sekadar identitas peminjam tapi juga diminta melampirkan histori pendapatan dengan mencetak rekening koran. Selain itu, ada juga pengecekan peringkat kredit melalui Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) atau BI Checking.
Sementara meminjam dana melalui fintech dalam bentuk pinjaman online (pinjol), seseorang tidak diwajibkan melampirkan histori rekening koran atau syarat pendapatan tertentu. Meski untuk kemudahan itu tingkat bunga yang diminta jauh lebih tinggi ketimbang kredit multiguna di bank.
Saat ini bunga KTA di beberapa bank sekitar 1% per bulan atau 12% per tahun. Sedangkan pinjol bisa 12% per bulan atau 12 kali lipat tingkat bunga di perbankan untuk jenis kredit yang mirip yaitu tanpa agunan.
Beban cicilan
Kian tinggi minat mengambil pinjaman berbiaya tinggi seperti pinjol atau pinjaman bisa semakin mengerek beban cicilan rumah tangga.
Mengacu pada hasil Survei Konsumen BI, terungkap bahwa rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) masyarakat Indonesia pada Oktober, menurun jadi 75,6% dari sebelumnya 76,3%.
Adapun proporsi pendapatan untuk pembayaran cicilan utang meningkat jadi 8,8% dari sebelumnya 8,5%. Sedangkan pengeluaran untuk tabungan juga naik dari 15,2% menjadi 15,7%.
Kenaikan alokasi pendapatan yang digunakan untuk membayar cicilan terjadi pada hampir semua kelompok pengeluaran mulai Rp1 juta hingga Rp4 juta per bulan.
Sebagai garis bawah, kenaikan pengeluaran untuk beban cicilan juga diikuti oleh penurunan konsumsi dan tabungan untuk kelompok dengan pengeluaran Rp2,1 juta-Rp3 juta.
(rui/aji)