Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global dan regional. Bursa saham New York akhir pekan lalu hingga perdagangan awal pekan ini berhasil ditutup menghijau dan mencatatkan kenaikan selama tiga bulan berturut-turut, di dorong oleh gelombang optimisme seputar potensi berakhirnya pengetatan kebijakan moneter oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, investor berspekulasi bahwa Federal Reserve akan mengakhiri siklus kenaikan suku bunga. Sejumlah data ekonomi AS yang belakangan ini keluar lebih buruk dari estimasi memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve sudah selesai menaikkan suku bunga acuan.
“Pasar kontrak berjangka (futures) mengantisipasi pemangkasan suku bunga acuan sebesar 100 bps pada 2024, naik dari 77 bps sebelum rilis data inflasi Oktober pada Selasa minggu lalu,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
"Kami tetap positif terhadap saham dan memperkirakan perpanjangan reli yang baru-baru ini dialami seiring perekonomian AS yang terus mengalami ekspansi ekonomi yang berkelanjutan meskipun dengan kecepatan yang moderat," kata John Stoltzfus, Chief Investment Strategist di Oppenheimer Asset Management, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Dari regional, pelaku pasar juga mencermati keputusan Bank Sentral China (People's Bank of China/PBOC) mempertahankan suku bunga pinjaman, sesuai dengan ekspektasi, pelemahan nilai tukar mata uang yuan telah membatasi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut dan pejabat tinggi PBOC menunggu dampak dari stimulus yang sebelumnya telah diluncurkan untuk menopang permintaan kredit.
PBOC mempertahankan suku bunga Loan Prime Rate (LPR) bertenor 1 tahun, rujukan untuk menetapkan suku bunga pinjaman rumah tangga dan suku bunga korporasi di 3,45%. Sementara itu, LPR bertenor 5 Tahun, rujukan untuk menentukan suku bunga KPR dipertahankan di 4,2%.
Sebagai sentimen lanjutan, kemarin di pasar valuta asing (valas), mayoritas mata uang Asia menguat tajam terhadap dolar AS di tengah semakin kuatnya spekulasi bahwa Bank Sentral AS sudah selesai menaikkan suku bunga acuan.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG masih menguat 0,25% ke 6.995 dan masih didominasi oleh volume pembelian.
“Saat ini, diperkirakan posisi IHSG sedang berada di akhir wave iii dari wave (iii), sehingga IHSG masih berpeluang melanjutkan penguatannya untuk menguji kembali 7.000-7.020,” papar Herditya.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham ADRO, ANTM, BUKA dan HRUM.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, meski berpeluang menguat dan menguji resistance 7.000, IHSG masih rawan profit taking.
“IHSG menguji level psikologis dan resistance 7.000. Bersamaan dengan pergerakan tersebut, terdapat upper-shadow yang relatif panjang. Kondisi ini mengindikasikan bahwa IHSG masih rawan profit taking ,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham-saham unggulan BUKA, ELSA, AMRT, ERAA, ENRG, AUTO dan AKRA.
(fad/aji)