Media pemerintah Arab Saudi melaporkan pertemuan di China secara khusus membahas dua tema besar yaitu desakan menghentikan eskalasi militer di Gaza; serta segeramengirimkan bantuan kemanusiaan yang diperlukan untuk menghindari penyebaran bencana kemanusiaan. Para pejabat tersebut juga mengulangi seruan untuk solusi dua negara untuk mencapai kesepakatan damai antara Israel dan Palestina.
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan, komunitas internasional harus "mengambil langkah-langkah yang efektif dan kredibel untuk menghentikan tragedi yang terjadi di Gaza".
Sedangkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Matthew Miller mengatakan, Menlu Antony Blinken telah berkomunikasi dengan Wang dalam sebuah kunjungan ke China. Amerika pun menyambut positif jika China mengambil peran konstruktif pada wilayah Timur Tengah.
"Jika ada yang dapat mereka lakukan untuk mencegah konflik meluas, dalam hal menggunakan jalur komunikasi yang mereka miliki untuk negara-negara di Timur Tengah, kami akan menyambutnya," ujar Matthew.
Diplomat tertinggi Mesir, Sameh Shoukry, mengatakan bahwa negara-negara Arab dan Islam berharap "kekuatan-kekuatan besar" seperti Cina akan mengambil peran yang lebih besar dalam menangani krisis ini. Hal ini diperlukan karena "sayangnya, ada negara-negara besar yang memberikan perlindungan terhadap serangan-serangan Israel saat ini," ujarnya, menurut sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri.
Dia memperbarui penolakan Mesir terhadap apa yang disebutnya sebagai kebijakan yang dinyatakan untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza.
"Amerika telah berdiri bersama Israel selama sekitar 40 hari terakhir ini dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Aboul-Gheit dari Liga Arab dalam sambutannya yang disampaikan dalam sebuah konferensi keamanan di Bahrain pada akhir pekan lalu.
Arab Saudi, Mesir, Yordania dan negara-negara Arab lainnya semakin kritis terhadap Israel yang melakukan perang melawan Hamas di Gaza. Kelompok militan ini menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober dari Gaza, menewaskan 1.200 orang. Sejak itu, Israel membombardir wilayah Palestina dan melancarkan serangan darat, yang menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas telah menewaskan lebih dari 13.000 orang.
Hamas ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS dan Uni Eropa.
China telah mencoba untuk menggambarkan dirinya sebagai kekuatan perdamaian di Timur Tengah sejak bulan Maret 2023, ketika negara tersebut membantu menengahi perdamaian antara Iran dan Arab Saudi. Beijing juga menjadi tuan rumah bagi Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas pada bulan Juni, sekitar empat bulan sebelum Hamas menyerang Israel.
Dalam kunjungan tersebut, Presiden Cina Xi Jinping mengusulkan sebuah konferensi perdamaian internasional mengenai konflik Israel-Palestina. Dalam beberapa minggu terakhir, Cina telah menegaskan kembali keinginannya untuk sebuah negara Palestina yang merdeka dan menyerukan gencatan senjata di Gaza.
Nicholas Burns, diplomat tertinggi AS di Cina, bulan lalu mendesak Beijing untuk mengecam terorisme yang dilakukan oleh Hamas, dan menyebutkan sikapnya terhadap kelompok tersebut sebagai tantangan lain dalam hubungan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut.
Bulan lalu, sebuah delegasi AS ke Beijing yang dipimpin oleh Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer meminta Cina untuk menggunakan hubungannya dengan Iran untuk mencoba mencegah meluasnya pertempuran di Gaza.
(bbn)