Adapun saham-saham infrastruktur yang melaju pesat adalah, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) meroket 7,51% ke posisi Rp6.800/saham, dan juga PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) melesat naik 2,04% ke posisi Rp1.245/saham.
Senada, saham konsumen non primer juga naik mendukung penguatan IHSG, PT Satria Mega Kencana Tbk (SOTS) meroket 24,7% ke posisi Rp424/saham, PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) melesat naik 15,3% ke posisi Rp675/saham. Serta, PT Multitrend Indo Tbk (BABY) menguat 9,57% ke posisi Rp206/saham.
Sementara indeks saham LQ45 yang berisikan saham-saham unggulan ikut menguat dan parkir di zona hijau, dengan kenaikan 1,26 poin atau 0,14% ke posisi 918,67.
Saham-saham LQ45 yang bergerak pada teritori ekspansif antara lain, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melesat naik 5 poin ke posisi Rp89/saham, dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) terbang 35 poin ke posisi Rp1.530/saham.
PT Bank Jago Tbk (ARTO) terapresiasi 50 poin ke posisi Rp2.340/saham, dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) naik 30 poin ke posisi Rp1.460/saham.
Tren positif juga terjadi pada saham LQ45 berikut, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menguat 4 poin ke posisi Rp208/saham, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) naik 30 poin ke posisi Rp1.635/saham. PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) terapresiasi 15 poin ke posisi Rp830/saham.
Adapun pasar saham Asia bergerak bervariasi pada perdagangan sore hari ini. Indeks Hang Seng Hong Kong meroket 1,86%, indeks Kospi menguat 0,86%, Indeks Shanghai Composite terapresiasi 0,46%, indeks Nikkei 225 melemah 0,59% dan indeks Strait Times Singapore turun 0,42%. Sementara itu, Dow Jones Index Future naik 0,03%.
Investor semakin yakin bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah selesai dengan tren kenaikan suku bunga setelah sejumlah data terbaru menunjukkan perekonomian AS sedang melambat.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Wakil Gubernur The Fed di Bidang Pengawasan, Michael Barr, mengatakan pada Jumat bahwa para pejabat kemungkinan berada pada dan/atau telah mendekati akhir kampanye pengetatan mereka.
"Kami kemungkinan berada di dan/atau dekat puncak di mana kami perlu memiliki sikap kebijakan moneter yang cukup ketat yang akan secara berkelanjutan membawa inflasi turun ke 2%," kata Barr, pada Sabtu (18/11/2023) kemarin.
"Saya pikir pembacaan (data) ekonomi baru-baru ini memperkuat pandangan saya bahwa itu mungkin benar," imbuh Barr.
"Kami telah melihat sedikit kesenjangan dalam lapangan kerja, namun belum cukup membuat The Fed mulai menurunkan suku bunga," kata Dana D'Auria, Co-Chief Investment Officer di Envest Net mengatakan pada Bloomberg Television. Namun, "Kita dapat tenang jika ada kenaikan suku bunga tambahan," katanya.
Dengan demikian, para investor memperkirakan The Fed telah selesai dengan tren kenaikan suku bunga acuannya, dan akan menahan suku bunga dalam kisaran 5,25% hingga 5,5% ketika para pejabat bertemu bulan depan, di tengah terbitnya sejumlah laporan baru-baru ini.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, data terbaru memperlihatkan deselerasi secara perlahan ekonomi AS sehingga memperkuat spekulasi Federal Reserve akan mengakhiri kampanye kenaikan suku bunga acuan.
“Meskipun rilis data ekonomi yang keluar lebih buruk dari ekspektasi bisa diartikan sebagai sinyal ekonomi telah kehilangan sebagian momentum pertumbuhan, tapi tidak kalah pentingnya, bagi investor, juga memperlihatkan tekanan inflasi yang mereda,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Pasar telah sepenuhnya merangkul probabilitas Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga acuan bulan dan melihat kemungkinan 62% pemangkasan sebesar 25 bps pada Mei 2024.
(fad/roy)