Menteri Pertahanan Shin Won-sik dalam sebuah program televisi KBS pada hari Minggu mengatakan peluncuran satelit Korut bisa terjadi sebelum peluncuran satelit mata-mata pertama yang direncanakan Korsel pada 30 November. Satelit Korea Selatan dijadwalkan akan diluncurkan dari roket SpaceX Falcon 9 dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg di California.
Meskipun para pejabat di Seoul mengatakan mereka percaya satelit mata-mata Korea Utara masih belum sempurna, hal ini dapat membantu Korut menyempurnakan daftar sasarannya seiring dengan peluncuran rudal baru yang dirancang untuk melayangkan serangan nuklir ke Korea Selatan dan Jepang. Negara-negara tersebut menampung sebagian besar personel militer AS di wilayah tersebut.
Upaya pertama Korut tahun ini untuk meletakkan satelit mata-mata ke orbit terjadi pada 31 Mei. Saat itu, roket gagal beberapa menit setelah terbang ketika mesin tahap kedua tidak menyala. Korea Selatan mengambil puing-puingnya dari perairan internasional di Laut Kuning, yang membuat negara tersebut dapat melihat teknologi roket Korea Utara.
Korut juga mencoba dan gagal meletakkan satelit mata-mata ke orbit pada 24 Agustus. Media resmi negara mengatakan roket itu mengalami masalah pada mesin tahap ketiganya.
Presiden Korut Kim Jong Un kemudian melakukan perjalanan langka ke Rusia untuk berbicara dengan Presiden Vladimir Putin pada September. Putin kala itu berjanji membantu Korut dengan program luar angkasanya.
AS selama berbulan-bulan telah menuding rezim Kim memasok senjata untuk membantu Putin dalam perangnya melawan Ukraina. Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan dalam kunjungannya ke Seoul bulan ini bahwa Rusia menyediakan teknologi untuk membantu Korut dalam program militernya.
Korea Utara dilarang melakukan uji coba rudal balistik oleh resolusi Dewan Keamanan PBB. AS dan mitranya telah memperingatkan bahwa teknologi yang berasal dari program antariksa Korea Utara dapat digunakan untuk mengembangkan rudal balistiknya dan memperingatkan bahwa bantuan apa pun yang Putin tawarkan kepada Kim akan melanggar langkah-langkah yang telah disetujui Rusia.
Korea Utara dan Rusia telah membantah tuduhan AS tentang transfer senjata. Pada hari Senin, seorang pejabat Korea Utara mengecam rencana Jepang untuk membeli rudal jelajah Tomahawk dari AS. Pemerintah Jepang bermaksud menggunakan rudal tersebut untuk meningkatkan tindakan pencegahan terhadap militer Korut dan mengatasi ancaman keamanan regional lainnya.
Seorang pejabat Kementerian Pertahanan Nasional dikutip oleh Korean Central News Agency mengatakan semakin banyak keuntungan yang didapat AS dari penjualan senjata, semakin besar pula keamanannya akan terganggu.
(bbn)