Logo Bloomberg Technoz

Padahal, menurutnya, fundamental perekonomian Indonesia masih cukup bagus dan inflasi mengalami penurunan. Ia menilai ada kekhawatiran dari masyarakat menengah atas terhadap perburukan situasi ekonomi dan pemutusan hubungan kerja yang menyebabkan mereka enggan mengeluarkan uang. David menjelaskan hal ini dapat menimbulkan dampak yang signifikan karena kontribusi mereka terhadap konsumsi mencapai di atas 70%. 

“Pengeluaran mereka cukup tinggi porsinya. Misalnya, mereka mulai spending untuk durable goods seperti mobil, motor, furnitur, elektronik, itu daya dorongnya akan besar. Kalau untuk makanan dan minuman, porsinya kecil,” ungkap David. 

Selain itu, David menyoroti masyarakat menengah atas yang mengalami kenaikan tabungan. Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), tahun lalu, nominal simpanan di atas Rp 5 miliar naik 13,9%, sementara kenaikan nominal simpanan di bawah Rp 100 juta hanya sebesar 2,9%. 

Terkait hal ini, menurutnya, pemerintah perlu melakukan perubahan pola konsumsi untuk memancing konsumsi masyarakat menengah atas. 

“Harus ada snowballing effect dulu dari pemerintah. Misalnya, dari efek spending pemerintah yang biasanya akhir tahun, mungkin digeser ke awal tahun sehingga mereka yakin bahwa ekonomi ternyata baik-baik saja dan mereka mau membelanjakan uangnya. Dari sisi sosial dan pemberitaan, perlu ditekankan optimisme bahwa ekonomi kita bagus,” kata David. 

Lebih lanjut, Bank Indonesia (BI) mencatat total Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan per Januari 2023 mencapai Rp 7.724,8 triliun atau naik 8,5% year-on-year (yoy). Berdasarkan pantauan Bloomberg Technoz, sejumlah bank juga mengalami hal serupa. 

Per Desember 2022, DPK Bank Mandiri secara konsolidasi mencapai Rp1.490,84 triliun atau naik 15,46% (yoy) dari Rp1.291,18 triliun di Desember 2021. Jumlah tersebut terdiri dari giro sebesar Rp 541,80 triliun, tabungan sebesar Rp 552,75 triliun, dan deposito tumbuh sebesar Rp 396,29 triliun.

Bank Negara Indonesia (BNI) membukukan total DPK senilai Rp 769,3 triliun atau tumbuh 16,2% dari Rp 729,2 triliun pada 2021. Jumlah DPK tersebut terdiri dari giro sebesar Rp 313,9 triliun, tabungan sebesar Rp 214,85 triliun, dan deposito sebesar Rp 206,94 triliun.

Di sisi lain, Bank Rakyat Indonesia tumbuh 14,85% yoy menjadi Rp1.307,88 triliun yang terdiri dari giro sebesar  Rp 349,76  triliun, tabungan sebesar Rp 522,65 triliun, dan deposito sebesar Rp 435,48 triliun.

Sementara itu, BCA berhasil menghimpun DPK sebesar Rp1.030,5 triliun atau meningkat 6,4% yang terdiri dari giro sebesar Rp  321,85 triliun, tabungan sebesar Rp 522,45 triliun, dan deposito sebesar Rp 186,13 triliun. 

(tar/frg)

No more pages