Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi I Senin (20/11/2023), berhasil parkir di zona hijau dengan kenaikan 11,84 poin atau setara dengan 0,17% ke posisi 6.989,51. Ini sejalan dengan gerak bursa Asia yang mulai yakin dengan arah kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) yang akan menahan kenaikan suku bunga tahun ini.
Sepanjang perdagangan sesi I IHSG bergerak nyaman di zona hijau, adapun rentang perdagangan terjadi pada area level 7.011–6.964.

Data perdagangan menunjukkan nilai perdagangan mencapai sebesar Rp4,35 triliun dari sejumlah 10,1 miliar saham yang berhasil diperjualbelikan. Dan frekuensi yang terjadi 656.746 kali.
Sementara kurs rupiah terpantau menguat 0,51% ke posisi Rp15.414/US$ pada pukul 12.12 WIB siang hari.
Tercatat ada penguatan 220 saham dan sebanyak 280 saham terjadi pelemahan. Sedangkan terdapat sejumlah 239 saham yang stagnan.
Sektoral saham infrastruktur dan saham transportasi menjadi pendukung utama penguatan IHSG dengan kenaikan 3,73% dan 0,79%, disusul oleh menguatnya saham teknologi sebesar 0,65%.
Sedangkan, sektoral saham barang baku mengalami koreksi 0,92%.
Sejumlah saham-saham infrastruktur yang menjadi pendorong kenaikan IHSG adalah, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang meroket hingga 8,3%, PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) yang melesat mencapai 5,67% juga dengan saham PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) yang menguat 2,47%.
Senada, saham transportasi juga naik mendukung penguatan IHSG, PT WEHA Transportasi Indonesia Tbk (WEHA) meroket 4,19%, PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk (GTRA) melesat naik 2,94% dan saham PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) menguat 2,38%.
Adapun kinerja bursa di Asia siang hari ini bergerak bervariasi. Indeks Hang Seng Hong Kong meroket 1,65%, indeks Kospi menguat 1,14%, indeks Shanghai Composite naik 0,49%, indeks Strait Times Singapore turun 0,62% dan indeks Nikkei 225 terdepresiasi 0,4%.
Investor semakin yakin bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah selesai dengan tren kenaikan suku bunga acuannya setelah sejumlah data terbaru menunjukkan perekonomian AS sedang melambat.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Wakil Gubernur The Fed di Bidang Pengawasan, Michael Barr, mengatakan pada Jumat bahwa para pejabat kemungkinan berada pada dan/atau telah mendekati akhir kampanye pengetatan mereka. Namun, Gubernur The Fed San Francisco, Mary Daly, mengatakan para pembuat kebijakan tidak yakin inflasi akan mencapai target 2%.
"Kami telah melihat sedikit kesenjangan dalam lapangan kerja, namun belum cukup membuat The Fed mulai menurunkan suku bunga," kata Dana D'Auria, Co-Chief Investment Officer di Envest Net mengatakan pada Bloomberg Television. Namun, "Kita dapat tenang jika ada kenaikan suku bunga tambahan," katanya.
Dengan demikian, para investor memperkirakan The Fed telah selesai dengan tren kenaikan suku bunga acuannya, dan akan menahan suku bunga dalam kisaran 5,25% hingga 5,5% ketika para pejabat bertemu bulan depan, di tengah terbitnya sejumlah laporan baru-baru ini.
(fad)