Pelaku pasar kini cenderung memasang posisi jual (short) terhadap minyak. Data US Commodity Futures Trading Commission menunjukkan posisi beli (long) berkurang 18.829 menjadi 252.261 kontrak pada pekan yang berakhir 14 November. Ini adalah yang terendah selama 20 minggu terakhir.
Analisis Teknikal
Ke depan, sepertinya tekanan terhadap harga minyak belum selesai. Risiko koreksi masih akan membayangi.
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), Brent masih menghuni zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 41,62.
RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang di posisi bearish.
Dalam waktu dekat, harga Brent masih berisiko turun tetapi koreksinya akan sangat terbatas. Target support terdekat ada di US$ 77/barel yang jika tertembus bisa membuat harga turun ke US$ 75/barel.
Sementara target resisten terdekat adalah US$ 83/barel. Jika tertembus, maka harga Brent bisa naik menuju US$ 84/barel.
Target paling optimistis ada di US$ 88/barel.
Untuk WTI, nilai RSI ada di 40,63. Seperti halnya Brent, WTI pun masih bearish.
Target koreksi terdekat adalah US$ 72/barel. Jika tertembus, maka ada kemungkinan turun lagi ke US$ 69/barel.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 79/barel. Penembusan di titik ini bisa membawa harga WTI naik menuju US$ 82/barel.
Target paling optimistis adalah US$ 84/barel.
(aji)