US Energy Information Administration memperkirakan batu bara akan menyumbang 15% dari total bauran energi Negeri Adidaya pada 2024. Turun dibandingkan 2022 yang sebesar 20%.
Sementara China bergerak sebaliknya. Produksi batu bara China diperkirakan terus naik hingga menyentuh rekor baru. Plus, China juga terus mengimpor batu bara sebagai antisipasi agar pemadaman listrik dalam skala luas (blackout) tidak terulang kembali.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara memang masih bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 31,29.
RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Oleh karena itu, harga batu bara masih berisiko terkoreksi. Target support terdekat ada di US$ 121/ons, yang jika tertembus akan membuat harga turun lagi ke arah US$ 118/ton.
Sementara target resisten terdekat adalah US$ 131/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara naik ke US$ 142/ton.
Target paling optimistis ada di US$ 160/ton.
(aji)