Logo Bloomberg Technoz

Ditambah berbagai pernyataan dari beberapa pejabat The Fed yang juga bernada dovish, tak pelak harapan pelaku pasar bahwa akhirnya siklus kenaikan bunga yang menjadi periode paling agresif dalam empat dekade terakhir itu, menemui jawaban juga. 

"Kita sepertinya sudah mendekati puncak yang kita butuhkan untuk memastikan kebijakan moneter sudah cukup ketat yang akan secara berkelanjutan menurunkan inflasi ke level 2%," kata Michael Barr, Vice Chair of Supervision Federal Reserve, seperti dilansir oleh Bloomberg News, pekan lalu.

Pandangan itu berasal dari pembacaan atas data-data ekonomi AS terkini sembari menggarisbawahi adanya risiko dari langkah pengetatan berlebihan. 

Di pasar swap, para pedagang haqqul yakin bahwa sudah tidak ada kemungkinan setitik pun kenaikan bunga acuan dalam Federal Open Meeting Committe (FOMC) 13 Desember nanti. Pasar yakin The Fed akan mempertahankan bunga acuan dalam dua kali FOMC yakni Desember dan Januari dengan tingkat probabilitas 100%.

Dana asing masuk

Ketidakpastian global yang mulai mereda telah memicu kembalinya arus modal asing masuk ke pasar domestik. Berdasarkan data transaksi antara 13-16 November lalu, seperti dilansir oleh BI, pemodal asing mencetak posisi beli neto sebesar Rp7,33 triliun. 

Gubernur BI dan Anggota Dewan Gubernur BI usai RDG (Dok. Bank Indonesia)

Terdiri atas beli neto senilai Rp2,49 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), lalu beli neto sebesar Rp870 miliar di pasar saham dan beli neto Rp3,97 triliun di Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI). "Selama tahun 2023, berdasarkan data setelmen sampai dengan 16 November 2023, nonresiden beli neto Rp56,21 triliun di pasar SBN, jual neto Rp18,09 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp21,02 triliun di SRBI," jelas BI pekan lalu.

Saat ini, hingga 15 November lalu, posisi kepemilikan asing di SBN adalah sebesar Rp817,79 triliun. 

Tekanan ketidakpastian global yang terlihat semakin memudar itu juga akan memberikan ruang lebih leluasa bagi BI untuk mempertahankan bunga acuan pekan ini. Bila tidak ada aral melintang, BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur pada pekan ini, 22-23 November di mana BI 7 Days Repo Rate (BI7DRR) akan diumumkan pada Kamis siang (23/11/2023). 

Hasil konsensus dari 24 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg sampai hari Ahad (19/11/2023), memperkirakan BI akan mempertahankan bunga acuan di level 6% pekan ini. Sementara ada 4 dari 24 ekonom yang memprediksi BI bakal kembali menaikkan BI7DRR sebesar 25 bps menjadi 6,25%. 

Mengacu pada hasil lelang SRBI pada Jumat pekan lalu, bunga diskonto untuk SRBI 12 bulan dimenangkan di kisaran 6,92%. Bunga SRBI sejauh ini sering dipandang sebagai proxy atau cerminan dari arah BI7DRR jangka pendek.

Level itu sudah turun dibandingkan lelang-lelang sebelumnya yang mencapai 7,02%. Ini bisa dibaca sebagai sinyal BI7DRR mungkin akan dipertahankan oleh BI. Terlebih saat ini tekanan sentimen arah bunga acuan The Fed juga mereda signifikan.

(rui/ain)

No more pages