Dalam informasi yang sama, kesepakatan Israel-Hamas tertuang pada dokumen enam halaman. Salah satu kesepakatan adalah gencatan senjata selama lima hari. Selain itu, Israel juga akan menambah jumlah bantuan yang boleh masuk dari Mesir ke Gaza.
Amerika Serikat mengklaim berupaya menjadi penengah dengan menawarkan barter antara pembebasan sandera dengan peningkatan bantuan logistik ke Gaza.
Invasi ke Gaza bermula usai Hamas meluncurkan roket yang menewaskan 1.200 warga Israel, 7 Oktober lalu. Pada saat yang sama, Hamas dikabarkan telah menyandera sekitar 240 orang.
Selama invasir darat, pejabat Israel dan Hamas membenarkan telah terjadi pembebasan sebanyak empat sandera; dua di antaranya warga negara Amerika Serikat. Pasukan Israel pun mengklaim telah membebaskan satu sandera lainnya.
Akan tetapi, serang bertubi-tubi ke Gaza, juga dibenarkan telah turut menyebabkan kematian pada sebagian sandera. Bahkan, beberapa kelompok yang bertugas menjaga sandera telah mengalami hilang kontak.
"Nasib para tawanan dan penculik masih belum diketahui," kata Abu Obaida, juru bicara sayap militer Hamas.
Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi mengkritik upaya untuk mengaitkan pembebasan sandera dengan situasi kemanusiaan di Gaza.
"Saya tidak bisa menerima bahwa Israel mengaitkan bantuan kemanusiaan dengan pembebasan sandera," kata Ayman. "Israel menyandera 2,3 juta orang Palestina [populasi warga Gaza]."
(bbn)