Bank Syariah Indonesia Konsolidasi, Digitalisasi Tantangan Berat
Krizia Putri Kinanti
17 January 2023 13:40
Bloomberg Technoz, Jakarta - Direktur Utama (Dirut) Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi mengungkap tiga hal yang menjadi tantangan pengembangan perbankan syariah di tengah persaingan yang makin ketat. Tiga hal tersebut yakni konsolidasi karena sisi aset kecil, rezim suku bunga tinggi dan likuiditas ketat hingga digitaliasi.
"Konsolidasi karena bank-bank syariah memang dari sisi aset sangat kecil, size does matter. Salah satu tantangan yang harus dihadapi," kata Hery Gunardi di acara webinar bertajuk "Tren Perbankan di Tahun 2023" yang diselenggarakan OJK Institute di Jakarta, Selasa (17/1/2023).
Informasi saja, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan melakukan konsolidasi terhadap 1.600 lebih Bank Perekonomian Rakyat (BPR) sehingga jumlah BPR bisa berkurang signifikan. Hal itu akan dilakukan dalam 5 tahun ke depan. Konsolidasi perbankan menjadi upaya agar industri perbankan lebih sehat dan efisien. Upaya merger sudah dilakukan pada bank umum agar bisa memenuhi ketentuan modal inti minimum (MIM) di bawah Rp 3 triliun.
Sementara selain perlunya konsolidasi, Dirut BSI juga menyinggung pentingnya digitalisasi. Dia mengakui bahwa digitalisasi di perbankan syariah selama ini belum terlalu maju. Namun pada periode 2020-2021 selama proses merger, BSI sudah mulai mempersiapkan platform digital dengan baik.
Dalam kesempatan tersebut Hery Gunardi juga menyampaikan kondisi rasio keuangan dan kinerja perbankan syariah dan konvensional terkini di tengah potensi resesi ekonomi di negara-negara maju yang bisa memperlambat perekonomian global. Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan rata-rata di atas 23-25% yang menandakan daya tahan perbankan cukup bagus. Sementara Loan to Deposits Ratio (LDR) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) di atas 81% dan Return on Assets (ROA) 1,95%-2,50%.