Angka itu juga yang terbesar sejak Januari.
Aset pasar negara berkembang telah reli dalam seminggu karena data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan, yang membuat investor bertaruh bahwa pengetatan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve telah berakhir.
Baht Thailand, shilling Kenya, dan dolar Taiwan adalah penggerak terbaik di antara pasar negara berkembang pada Jumat, sementara kwacha Zambia, forint Hongaria dan zloty Polandia berkinerja buruk.
Rubel Rusia, peso Cile dan shekel Israel adalah penggerak terbaik dalam seminggu, masing-masing naik setidaknya 3,5%.
Untuk minggu depan, investor pasar negara berkembang akan mengawasi keputusan kebijakan moneter di Indonesia, Nigeria, Afrika Selatan, Sri Lanka dan Turki.
Bank sentral di Turki dan Nigeria kemungkinan akan menaikkan bunga acuan mereka masing-masing sebesar 200 basis poin, sementara bank sentral Afrika Selatan kemungkinan akan mempertahankan bunga acuannya, menurut perkiraan Bloomberg Intelligence.
S&P Global Ratings dijadwalkan untuk meninjau peringkat kredit Afrika Selatan setelah perdagangan hari ini ditutup. S&P sebelumnya memangkas prospek utangnya menjadi negatif karena kekhawatiran atas defisit anggaran yang lebih luas dari perkiraan.
Indonesia diperkirakan akan mempertahankan bunga acuannya tetap 6%, sementara Bank Sentral Sri Lanka dapat menurunkan suku bunga pinjaman dan deposito masing-masing sebesar 100 basis poin menjadi 10% dan 9%, pada 24 November.
Sementara itu, Argentina akan mengadakan pemilihan presiden putaran kedua pada Minggu, mengadu Menteri Ekonomi Sergio Massa melawan libertarian Javier Milei, yang telah berjanji untuk sepenuhnya mengubah ekonomi negara itu.
(bbn)