“Perusahaan-perusahaan Indonesia harus didorong ke kancah internasional. Kalau mereka berhasil (IPO) di Hong Kong, mereka akan berhasil dimanapun,” tambahnya.
Sejauh ini, Indonesia menempati posisi ketiga di Asia Pasifik dalam pendanaan melalui penawaran umum perdana (IPO). Salah satunya, didukung oleh IPO PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) pagi tadi. Pencatatan perdana Pertamina Geothermal menjadi yangterbesar ketiga di dunia. Tahun lalu, Indonesia juga mencatatkan dua IPO besar dari platform e-commerce PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli.
“Mendorong perusahaan lokal untuk IPO di luar negeri tidak merugikan bursa. Perusahaan yang terdaftar di luar negeri diharapkan mampu bertumbuh dan memberi keuntungan pada perekonomian kita melalui rekrutmen dan belanja domestik. Apa yang menguntungkan perekonomian, tentu saja menguntungkan bursa,” Hendrik menjelaskan.
Selain pengajuan pencatatan saham ganda, kata Hendrik, BEI juga mengajukan pencatatan exchange-traded funds (EFT) unggulan di bursa Hong Kong.
Terkait hal ini, Hendrik mengatakan perwakilan BEI, bersama dengan representasi dari perusahaan rintisan Kopi Kenangan dan platform penjualan mobil Carsome, telah menemui pihak HKEX kemarin (23/2/2023). Meskipun demikian, HKEX belum memberikan komentar terkait hal ini.
(bbn)
