Logo Bloomberg Technoz

"Mayoritas [61% saham PTFI akan] dipegang Indonesia  [setelah perpanjangan IUPK]. Operatorship-nya MIND ID, tetapi kan manajemen, teknik pertambangan, dan segala macamnya yang paling jago Freeport," tegasnya.

"Untuk operator [tambang bawah tanah], kita lihat kapabilitasnya. Kami mengharapkan yang mengoperasikan [adalah perusahaan] yang mampu. Jadi supaya tambang mineral maupun tambang migas itu produktivitasnya bisa tinggi, bisa efisien, dan korporasinya bisa untung."

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengonfirmasi bahwa pemerintah RI tengah bernegosiasi untuk menambah lagi porsi saham pemerintah di Freeport Indonesia sebesar 10% sudah mencapai tahap akhir.

Dalam pertemuan dengan CEO Freeport McMoRan Inc. Richard Adkerson di Hotel Waldorf Astoria, Washington DC, Amerika Serikat awal pekan ini; Jokowi juga menyebut lobi-lobi perpanjangan IUPK PTFI selama 20 tahun pasca-2041 juga sudah masuk tahap lanjut.

Selain penambahan porsi saham, PTFI juga diminta untuk membangun smelter tembaga baru selain di Manyar, Gresik, Jawa Timur, melainkan juga di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat.

Truk angkut mengangkut bijih dari tambang terbuka di kompleks tambang tembaga dan emas Grasberg milik Freeport di Papua. (Dadang Tri/Bloomberg)

Produksi Tambang Grasberg

PT Freeport Indonesia sendiri sebelumnya menargetkan kenaikan produksi Grasberg Block Cave (GBC) menjadi 180.000 ton/hari, setelah menuntaskan pembangunan Crusher 603 di area tambang bawah tanah di Papua itu.

Kepala Teknik Tambang Freeport Indonesia Carl Tauran mengatakan rerata hasil produksi tambang GBC saat ini adalah 120.000 ton/hari, sehingga tambang bawah tanah tersebut saat ini memasuki tahap puncak seiring dengan mulai beroperasinya Crusher 603.

"Dengan beroperasinya Crusher 603, GBC dapat memiliki kapasitas rata-rata produksi sebesar 150.000 ton/hari, dan berpotensi mencapai kapasitas puncak sebesar 180.000 ton/hari,” ujarnya, belum lama ini.

Sekadar catatan, Crusher 603 adalah mesin pemecah material tambang yang dirancang khusus untuk menangani lumpur basah yang seringkali menghambat proses penambangan di areal tambang bawah tanah GBC.

Mesin tersebut berdimensi tinggi 70 meter, lebar 15 meter, dan panjang 40 meter dan dirampungkan dalam kurun 14 bulan atau lebih cepat 3 bulan dari target.

Carl menambahkan Crusher 603 memiliki kemampuan untuk menghancurkan sekitar 60.000 ton bijih per hari. “Serupa dengan model sebelumnya, yaitu Crusher 601 dan 602, tetapi disempurnakan dengan kemampuan untuk menangani lumpur basah.”

Peta area PT Freeport Indonesia (Dok ptfi.co.id)

Executive Vice President of Operations PTFI George Banini menjelaskan, berbeda dengan pendahulunya, Crusher 603 memungkinkan pembuangan lumpur basah secara langsung ke dalam mesin tanpa harus menyimpan material yang dapat menyebabkan banjir lumpur.

“Pembangunan Crusher 603 melibatkan penggunaan lebih banyak material baja dibandingkan dengan dua crusher sebelumnya, yang menjadikan proyek ini lebih kompleks. Penyelesaian crusher ini merupakan langkah besar menuju pencapaian tujuan proyek dan mengkonsolidasikan posisi PTFI sebagai pemimpin dalam industri,” jelas Banini.

Selain Crusher 603, PTFI tengah menggarap pembuatan pabrik pengolahan bijih semi-autogenous atau SAG 3 yang dijadwalkan akan selesai pada akhir tahun ini.

Sekadar catatan, pada semester I-2023, Freeport telah merealisasikan produksi tembaga sebanyak 735 juta pounds, sedangkan emas 881.000 ounces.

“Itu sampai semester I-2023 sudah 735 juta pounds, totalnya sampai akhir tahun kira-kira 1,6 miliar pounds [konsentrat tembaga] dan untuk emas 1,9 juta ounces. Namun, untuk karena keterlambatan izin ekspor [pada Juli], dampaknya jadi ke full year. Di mana [ekspor] full year kami kira-kira 100 juta pounds lebih rendah [dari produksi],” jelas Presiden Direktur PTFI Tony Wenas dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Technoz

(ibn/wdh)

No more pages