Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Jumat (17/11/2023), dibuka melemah. Pada pukul 9.10, indeks kehilangan 20,25 poin atau setara dengan 0,29% ke level 6.937.

Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia, volume perdagangan tercatat 1,33 miliar saham dengan nilai transaksi Rp777 miliar. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 115.684 kali.

Sebanyak 190 saham menguat dan 193 saham melemah. Sementara, 126 saham tidak bergerak.

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Jumlah pengajuan tunjangan pengangguran di Amerika Serikat (AS) terus meningkat hingga mencapai level tertinggi dalam hampir dua tahun.

Menurut data Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis waktu setempat, pengajuan pengangguran berulang, yang merupakan indikator jumlah orang yang terus menerima tunjangan pengangguran, melonjak menjadi 1,87 juta pada minggu 4 November. Hal ini menandai delapan minggu berturut-turut terjadinya peningkatan.

Klaim pengangguran awal juga meningkat, menjadi 231 ribu pada minggu yang berakhir pada 11 November. Ini merupakan jumlah tertinggi sejak Agustus.

Laporan terpisah pada Kamis menunjukkan bahwa produksi pabrik di Amerika Serikat turun lebih dari yang diperkirakan pada bulan Oktober. Adapun angka tersebut turun 0,7% pada Oktober, menyusul kontraksi 0,2% yang direvisi pada bulan sebelumnya.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, dua data laporan indeks ekonomi tersebut memperkuat spekulasi di kalangan trader bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah selesai dengan kenaikan suku bunga acuannya.

“Efek kebijakan moneter kini mengimbangi perekonomian – mulai dari biaya input hingga produksi industri hingga tenaga kerja,” kata Jamie Cox dari Harris Financial Group. 

“Sekarang, perjuangan beralih dari inflasi ke menjaga pertumbuhan ekonomi dan mencegah resesi. Penurunan suku bunga lebih dekat dari perkiraan orang,” lanjut Cox.

Sementara itu, Gubernur Bank Sentral AS Lisa Cook menyatakan bahwa ia menyadari risiko kemerosotan ekonomi yang terlalu tajam, dan menunjukkan adanya tekanan di beberapa sektor akibat kondisi keuangan yang lebih ketat. 

Cook mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya di The Fed juga memperhatikan risiko dari guncangan ekonomi global, termasuk volatilitas harga energi baru-baru ini. Para pejabat juga memperhatikan dampak dari kebijakan moneter AS di negara-negara lain.

Presiden The Fed Bank of Cleveland Loretta Mester mengatakan kepada CNBC bahwa dia belum memutuskan apakah kenaikan suku bunga lanjutan masih diperlukan, dan menambahkan bahwa para pejabat punya waktu untuk melihat bagaimana perekonomian berkembang.

Jika ekonomi berkembang ke arah yang berbeda dari yang diperkirakan, "Kebijakan moneter harus cepat dan merespons secara tepat terhadap perubahan prospek dan risiko untuk mencapai kedua bagian dari mandat ganda kami. Saya percaya bahwa tingkat dana federal saat ini menempatkan kita dalam posisi yang tepat untuk melakukan hal tersebut," kata Mester.

(fad/wep)

No more pages