Menurut data Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis waktu setempat, pengajuan pengangguran berulang, yang merupakan indikator jumlah orang yang terus menerima tunjangan pengangguran, melonjak menjadi 1,87 juta pada minggu 4 November. Hal ini menandai delapan minggu berturut-turut terjadinya peningkatan.
Klaim pengangguran awal juga meningkat, menjadi 231 ribu pada minggu yang berakhir pada 11 November. Ini merupakan jumlah tertinggi sejak Agustus.
Laporan terpisah pada Kamis menunjukkan bahwa produksi pabrik di Amerika Serikat turun lebih dari yang diperkirakan pada bulan Oktober. Adapun angka tersebut turun 0,7% pada Oktober, menyusul kontraksi 0,2% yang direvisi pada bulan sebelumnya.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, dua data laporan indeks ekonomi tersebut memperkuat spekulasi di kalangan trader bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah selesai dengan kenaikan suku bunga acuannya.
“Efek kebijakan moneter kini mengimbangi perekonomian – mulai dari biaya input hingga produksi industri hingga tenaga kerja,” kata Jamie Cox dari Harris Financial Group.
“Sekarang, perjuangan beralih dari inflasi ke menjaga pertumbuhan ekonomi dan mencegah resesi. Penurunan suku bunga lebih dekat dari perkiraan orang,” lanjut Cox.
Sementara itu, Gubernur Bank Sentral AS Lisa Cook menyatakan bahwa ia menyadari risiko kemerosotan ekonomi yang terlalu tajam, dan menunjukkan adanya tekanan di beberapa sektor akibat kondisi keuangan yang lebih ketat.
Cook mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya di The Fed juga memperhatikan risiko dari guncangan ekonomi global, termasuk volatilitas harga energi baru-baru ini. Para pejabat juga memperhatikan dampak dari kebijakan moneter AS di negara-negara lain.
Presiden The Fed Bank of Cleveland Loretta Mester mengatakan kepada CNBC bahwa dia belum memutuskan apakah kenaikan suku bunga lanjutan masih diperlukan, dan menambahkan bahwa para pejabat punya waktu untuk melihat bagaimana perekonomian berkembang.
Jika ekonomi berkembang ke arah yang berbeda dari yang diperkirakan, "Kebijakan moneter harus cepat dan merespons secara tepat terhadap perubahan prospek dan risiko untuk mencapai kedua bagian dari mandat ganda kami. Saya percaya bahwa tingkat dana federal saat ini menempatkan kita dalam posisi yang tepat untuk melakukan hal tersebut," kata Mester.
Sentimen lainnya, tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, investor juga tengah mencerna hasil pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Tiongkok Xi Jinping.
Pertemuan ini berlangsung sebelum dimulainya pertemuan puncak para pemimpin negara Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di San Francisco dan menghasilkan sejumlah kesepakatan mengenai berbagai isu, termasuk pembukaan kembali jalur komunikasi tingkat tinggi antara militer kedua negara dan Artificial Intelligence (AI).
“Presiden AS Joe Biden memuji pertemuan selama empat jam ini sebagai yang paling konstruktif dan produktif dalam hubungan kedua negara,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Senada, Presiden Xi Jinping di depan para pengusaha AS mengatakan Tiongkok siap menjadi mitra dan teman AS.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi ke 6.958 dan masih didominasi oleh volume pembelian.
“Namun demikian, saat ini posisi IHSG diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave iii dari wave (iii), sehingga koreksi IHSG pun akan cenderung terbatas dan berpeluang menguat kembali,” papar Herditya dalam risetnya pada Jumat (17/11/2023).
Herditya juga memberikan catatan, adapun diperkirakan, IHSG akan menutup gap terlebih dahulu yang berada pada rentang 6.887-6.906, selama IHSG masih mampu berada di atas 6.760 sebagai support krusialnya, maka IHSG berpeluang menguat kembali ke 7.007-7.050.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham ASII, BBCA, HMSP dan INCO.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi bergerak di zona merah imbas terjadinya pullback lanjutan IHSG pada hari ini.
“Waspadai potensi pullback lanjutan IHSG ke kisaran MA-20 di 6.880 hari ini. Secara teknikal, bersamaan dengan pullback kemarin, IHSG berpotensi membentuk pola bearish harami,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan untuk dapat mencermati peluang rebound lanjutan pada ANTM, ASII, ASSA, BDMN dan peluang Buy on Support pada CPIN, JPFA, UNVR, TBIG.
(fad/aji)