Upaya pelacakan logam untuk memastikan kepatuhan terhadap standar lingkungan dan tenaga kerja juga sedang dicoba untuk timah dan kobalt. Namun, pelacakan kemungkinan akan sulit untuk diimplementasikan dan dipantau, juga memerlukan dukungan dari para penambang dan penyulingan yang harus menanggung biaya tambahan. Industri pertambangan dan pengolahan logam Indonesia juga bertanggung jawab atas sebagian besar emisi.
Dominasi China
Miliaran dolar investasi telah mengalir ke Indonesia untuk mengolah nikel menjadi baterai. Namun, industri ini didominasi oleh perusahaan-perusahaan China, yang berisiko membuat produk-produk Indonesia tersingkir dari pasar AS dan Eropa.
Namun, ada tanda-tanda bahwa perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dan Eropa akan mengejar ketinggalan. Ford Motor Co mengambil saham di pabrik baterai nikel di Indonesia yang sedang dibangun oleh Vale SA dan Zhejiang Huayou Cobalt Co. Sementara BASF SE dan Eramet SA berencana menghabiskan US$2,6 miliar untuk membangun pabrik pengilangan nikel-kobalt di Indonesia.
Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan standar tenaga kerja dan lingkungan hidup. Awal tahun ini, pemerintah mengirim tim untuk melakukan survei pada pabrik peleburan di seluruh negeri untuk memastikan mereka mematuhi peraturan yang ada, setelah beberapa benturan dan kecelakaan mematikan terjadi di sejumlah fasilitas.
(bbn)