Logo Bloomberg Technoz

Pesawat penjelajah ini, dengan berat sekitar 5 kilogram dan tinggi 26 sentimeter, akan dilengkapi dengan kamera definisi tinggi untuk mengambil gambar permukaan bulan dan sekop untuk mengumpulkan batu-batuan bulan. Misi ini akan berkontribusi pada program Artemis NASA — yang merupakan rencana badan antariksa AS untuk mengembalikan astronot ke bulan.

Cabang Ispace di Eropa, yang mengembangkan dan membangun penjelajah tersebut, membuat pesawat tersebut lebih sederhana dan ringan.

"Setiap gram itu berarti," kata CEO Ispace Eropa Julien Lamamy. "Meskipun kecil, meskipun sangat lucu, ia juga sangat tangguh."

Sebelumnya, pendaratan Hakuto-R Mission 1 milik Ispace dijadwalkan mencapai Bulan pada akhir April 2023. Akan tetapi, sistem komunikasi langsung terputus usai proses pendaratan dimulai. Pada saat itu, perusahaan pun kemudian mengonfirmasi harus mendaratkan secara darurat wahana pendarat tersebut. Hal ini sekaligus menjadi tanda kegagalan dan pukulan besar bagi ambisi mereka untuk membawa masuk Jepang ke dalam industri antariksa komersial.

"Perbaikan akan dimasukkan ke dalam model penerbangan Misi 2 untuk mencerminkan validasi perangkat lunak yang diperlukan, perluasan jangkauan simulasi pendaratan, dan pengujian lapangan tambahan pada sensor radar untuk lebih meningkatkan akurasi misi," demikian diumumkan oleh Ispace.

Pengumuman misi kedua Ispace ini datang setelah Badan Eksplorasi Antariksa Jepang dengan sukses meluncurkan roket H2-A pada bulan September. Roket pembawa muatan berat tersebut membawa satelit pencitraan canggih dan pendaratan ringan yang dijadwalkan mencapai bulan secepatnya pada Januari.

Persaingan antariksa semakin memanas setelah India menjadi negara pertama pada Agustus yang mendaratkan pesawat luar angkasa di dekat kutub selatan bulan. Upaya Rusia untuk mendarat di area yang sama beberapa hari sebelumnya berakhir dengan kegagalan akibat gangguan mesin.

(bbn)

No more pages