Sementara itu giro korporasi tercatat mengalami pertumbuhan 20,1% di Januari 2023, melambat dibandingkan Desember 2022 sebesar 28,2%.
Namun jika dilihat secara keseluruhan, untuk bulan Januari, total DPK tercatat cenderung mengalami perlambatan terutama untuk giro serta tabungan.
Berbanding terbalik dengan itu, deposito berjangka justru cenderung meningkat pertumbuhannya pada bulan Januari, terutama dari sisi perorangan.
"Peningkatan deposito berjangka mungkin berkaitan dengan tren kenaikan suku bunga, sehingga minat masyarakat untuk menaruh dananya di deposito juga meningkat," ujarnya.
Josua juga menyoroti masih tingginya jumlah uang yang beredar di masyarakat, dengan pertumbuhan di kisaran 8,01% yoy, meskipun cenderung melambat dibandingkan dengan tahun 2021 yang tercatat 9,36% yoy. Ini menjadi indikator tingginya aktivitas perekonomian masyarakat.
"Dari kondisi tersebut, peningkatan jumlah simpanan di perbankan masih belum menjadi sinyal buruk bagi perekonomian di tahun 2023," ujarnya.
Kedepannya, ia mengatakan pemerintah perlu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah potensi perlambatan kinerja ekspor dan perlambatan ekonomi global dengan mendorong belanja masyarakat.
Dukungan pemerintah yang ia maksudkan adalah dengan stabilisasi harga pangan dan memastikan inflasi kembali dalam target sasaran inflasi. Pemerintah juga perlu mendorong penyerapan tenaga kerja yang masif di sektor padat karya seperti manufaktur, pertanian dan perdagangan.
"Selain itu, perlu juga menjaga optimisme konsumen agar keinginan belanja masyarakat juga tetap meningkat," tutupnya.
(krz/evs)