“Menyusul munculnya teknologi baru, termasuk AI, negara kami akan memperkenalkan langkah-langkah yang relevan (untuk mengaturnya) dengan cara yang etis,” lanjutnya.
Ia menambahkan pemerintah masih butuh waktu untuk menyusun peraturan tersebut.
Chat bot OpenAI yang berbasis di San Francisco telah memikat pengguna sejak diluncurkan beberapa bulan lalu, mendorong sejumlah besar perusahaan Amerika dan China meluncurkan proyek serupa dan mengobarkan saham-saham perusahaan AI.
Pernyataan Wang ini menyusul laporan bahwa regulator telah memaksa aplikasi-aplikasi dan situs-situs di China untuk menghentikan layanan yang mengarahkan pengguna ke ChatGPT, yang disebabkan oleh masalah keamanan konten dan data.
Adanya peraturan ini mungkin ditujukan agar memastikan layanan seperti ChatGPT sesuai dengan sensor Partai Komunis atas konten online yang tidak dapat dinegosiasikan. Namun, itu juga bisa menjadi keuntungan bagi perusahaan seperti Baidu Inc.
Saham raksasa pencarian itu melonjak 13% setelah Bloomberg News pertama kali melaporkan rencana perusahaan untuk memiliki layanan seperti ChatGPT. Sejak saat itu, perushaan menegaskan kembali rencana untuk meluncurkan AI percakapan Ernie Bot pada bulan Maret.
Sementara Alibaba Group Holding Ltd. mengatakan sedang berupaya untuk mengintegrasikan AI generatif di beberapa produknya. Perusahaan China terkenal lainnya, termasuk pialang China International Capital Corp Ltd., sudah bereksperimen dengan potensi teknologi AI ini.
AI adalah beberapa bidang yang diperlombakan oleh AS dan China. Beberapa ahli percaya kekuatan Asia memiliki keunggulan dalam hal banyaknya data yang diperlukan untuk melatih platform AI.
Perlombaan paralel di antara raksasa teknologi dunia pun meningkat sejak ChatGPT menguasai internet. Microsoft Corp., yang memiliki saham di OpenAI, memamerkan bagaimana teknologi tersebut dapat melengkapi mesin pencari Bing-nya. Tidak mau kalah, Google mendemonstrasikan layanan baru bernama Bard yang akan menggabungkan fitur serupa.
(bbn)