Meski masih diselimuti optimisme kenaikan, minggu ini Bitcoin menghadapi tantangan yaitu data CPI, Penjualan Ritel, dan PPI Amerika Serikat (AS). Data ekonomi terbaru AS jadi penentu investor pasar aset digital.
Panji Yudha dari Ajaib Kripto juga mengamini investor tetap menantikan putusan dari Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) atas ETF Spot, sebagaimana tergambar dari riuhnya pembahasan di kalangan komunitas kripto.
“Meski sepekan terakhir pasar kripto sedang dalam momentum bullish, pekan ini nampaknya investor melakukan aksi profit taking dan risk off sementara sembari menanti rilis data ekonomi AS pekan,” Yudha menilai.
Dari pasar regional, terpantau sinyal hati-hati dari otoritas Hong Kong, dimana Komisi Sekuritas dan Berjangka Hong Kong mengeluarkan panduan untuk perdagangan produk investasi dengan tokenisasi. Komisi, menurut Yudha, dengan seksama mengelola integrasi kripto ke dalam kerangka keuangan.
“Sementara UBS Group mengizinkan klien Hong Kong memperdagangkan ETF kripto berjangka (futures). Keseluruhan, ini mencerminkan peningkatan adopsi kripto di wilayah tersebut,” papar dia.
Baca Juga: Posisi Bullish Dominan di Pasar Spot
Dalam target jangka menengah panjang, ia memprediksi Bitcoin bisa menyentuh US$40.000, namun dengan syarat support harus dijaga pada kisaran US$35.000 hingga US$36.000. Tapi saat “terjadi breakdown di bawah $35.000, penurunan BTC berpotensi menuju $33.500,” terang Yudha.
Optimisme Bitcoin terpantau telah disuarakan banyak kalangan sejak akhir Oktober, bahkan akan mencapai US$40.000, yang disokong oleh kerja para perusahaan penambang. Metrik Miner Wallet melacak perubahan waktu secara nyata dalam saldo yang dimiliki oleh para penambang BTC—yang diakui dan dikumpulkan. Kini penambang memiliki sekitar 10% dari total pasokan sirkulasi Bitcoin.
Hal yang menyebabkan pola perdagangan mereka sangat memengaruhi pergerakan harga Bitcoin. Saat penambang terus mengumpulkan reward atas block, minggu ini, Bitcoin dapat bergerak naik dari titik trajectory ke US$40.000, dilansir dari dilansir FX Empire.
“Pasar telah berhitung bahwa persetujuan ETF Bitcoin Spot dan saya memperkirakan terjadi 'sell-the news',” kata Hayden Hughes, co-founder platform Alpha Impact. Secara teknikal digambarkan bahwa reli Bitcoin telah meluas, sementara taruhan opsi menunjukkan beberapa spekulan memperkirakan harga bisa menuju ke US$40.000 sebelum token ini berhenti.
Untuk pasar Indonesia, Bitcoin bersama alternatif coin lain bernilai lebih kecil mengakumulasi transaksi Rp13,8 triliun per Februari 2023, berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, mengalami kenaikan 13,7% dari Jaunari (MoM).
“Secara total, nilai transaksi periode Januari--Februari 2023 sebesar Rp25,94 triliun atau turun 69 persen dibandingkan periode yang sama pada 2022 sebesar Rp83,76 triliun. Lima Jenis aset kripto dengan nilai transaksi terbesar saat ini yaitu Tether (USDT), Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Dogecoin (DOGE), dan Terra (LUNA),” tulis Bappebti.
Dalam perkembanganya Bappebti secara resmi mendirikan bursa CFX, sebagai wadah bergabungnya banyak exchanger pasar kripto yang sebelumnya beroperasi. Plt Kepala Bappebti Kasan menerangkan, industri kripto di Indonesia diuntungkan dengan dominasi generasi muda. Berdasarkan data, bonus demografi terjadi karena ada 28,2% dari total penduduk berusia 18-24 tahun, dan 28,5% berusia 25-30 tahun.
Data lain menunjukkan, 23,5% dari total penduduk merupakan pelajar dan atau mahasiswa, menjadi salah satu yang paling dominan dalam latar belakang investor kripto.
“Pergerakan industri kripto ini sangat dinamis, dan dihadapi dengan bonus demografi. Sehingga dengan kehadiran ekosistem untuk industri kripto yang semakin lengkap, dapat meregulasi pasar kripto hingga makin baik,” kata Kasan dalam keterangan tertulisnya. Hadirnya Bursa Kripto CFX pun diharapkan mampu meningkatkan literasi dan inklusi pasar.
“Peran bursa adalah untuk mengawasi para pedagang dan sistem yang bersentuhan dengan pembeli, termonitor dan terawasi dari hulu ke hilir,” kata CEO CFX Indonesia Subani.
—Dengan asistensi Akshay Chinchalkar, Suvashree Ghosh, Suvashree Ghosh
(ros/wep)