Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah dengan terkontraksi 0,4% dan 27,79 poin ke level 6.930,41 pada penutupan sesi I Kamis (16/11/2023). Sementara kurs rupiah melemah 0,41% ke level Rp15.597/US$.
Pada sesi I IHSG bergerak terus melemah, rentang perdagangan terjadi 6.906–6.964. Data perdagangan menunjukkan nilai perdagangan mencapai Rp4,49 triliun dari sejumlah 8,19 miliar saham yang ditransaksikan.
Tercatat hanya ada penguatan 240 saham dan sebanyak 262 saham terjadi pelemahan. Sedangkan terdapat 224 saham stagnan.
Sektoral saham konsumen primer, dan saham teknologi menjadi pemberat laju IHSG dengan terkoreksi 0,58% dan 0,57%, disusul oleh pelemahan pada saham barang baku dengan drop 0,54%.
Sedangkan, sektoral saham transportasi kokoh di zona hijau dengan penguatan 0,91%.
Sejumlah saham-saham sektor konsumen primer yang menjadi pendorong pelemahan IHSG ialah, PT Martina Berto Tbk (MBTO) yang anjlok 6,52%, saham PT Pulau Subur Tbk (PTPS) terkoreksi 5,71% dan saham PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR) turun 4,23%.
Senada, saham teknologi juga anjlok dan jadi pemberat, PT Menn Teknologi Indonesia Tbk (MENN) drop 9,76%, PT Global Sukses Solusi Tbk (RUNS) melemah 7,02%. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) terkontraksi 2,81%.
Kinerja bursa saham di Asia siang hari ini kompak bergerak melemah. Indeks Hang Seng Hong Kong anjlok 1,2%, indeks Shanghai melemah 0,47%, indeks Nikkei 225 drop 0,22%, indeks Kospi turun 0,01% dan indeks Strait Times Singapore terapresiasi 0,13%.
Bursa saham di Asia cenderung minim pergerakan usai terbitnya data-data terbaru ekonomi Amerika Serikat. Pergerakan ini mengikuti data baru ekonomi AS yang menumbuhkan perkiraan ekonomi mereka bisa soft landing.
Penjualan ritel melambat pada Oktober dan bulan-bulan sebelumnya direvisi lebih tinggi, hal ini mencermikan beberapa ketahanan menuju musim liburan. Sementara inflasi produsen AS secara tak terduga turun paling dalam sejak April 2020.
"Pertumbuhan harga sedang mereda, tetapi dengan permintaan yang kuat di pinggir lapangan. Soft landing sedang terbentuk,” kata David Russell, Kepala Strategi Pasar Global di TradeStation, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Pada kesempatan yang sama, semakin banyak analis di Wall Street yang memperingatkan untuk tetap berhati-hati, meski harapan terus meningkat atas inflasi AS yang akan semakin melandai menuju target 2% Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
“Masalah inflasi masih jauh dari terpecahkan," demikian menurut Daniel Ivascyn, Kepala Investasi di Pacific Investment Management. CEO JPMorgan, Jamie Dimon dan Ken Griffin, Pendiri Citadel, juga sebelumnya memperingatkan bahwa inflasi mungkin lebih persisten daripada yang diperkirakan pasar.
(fad)