Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Perusahaan farmasi Pfizer memangkas 500 karyawan, sebagai bentuk pemangkasan biaya operasi. PHK juga menjadi bagian mengantisipasi ketidakpastian penjualan vaksin Covid-19, Comirnaty juga antivirus Paxlovid di periode mendatang.

Berdasarkan keterangan juru bicara, Pfizer sebagai perusahaan global harus melakukan perubahan demi terciptanya operasi yang efektif dan efisien. Keputusan PHK membuat penghematan biaya tahunan sekitar US$3,5 miliar (sekitar Rp55 triliun) pada akhir tahun 2024.

Rencana PHK 500 karyawan berdampak pada penghentian pabrik untuk Pharmaceutical Sciences Small Molecule (PSSM) di Sandwich, Kent, Inggris, dilansir dari Fiercepharma, menurut juru bicara perusahaan.

Pabrik di Sandwich tetap beroperasi namun menjalankan fungsi lainnya dengan ukurang yang berbeda. Pabrik ini diketahui mempekerjaan 940 karyawan, seperti disampaikan juru bicara Pfizer dalam pernyataannya melalui email ke Fiercepharma.

Pabrik Sandwich merupakan wujud dari investasi 10 juta poundsterling untuk teknologi manufaktur canggih. Investasi kala itu diputus untuk mempercepat pengembangan obat Covid-19. Di Pabrik yang sama jadi lokasi ilmuwan Pfizer menemukan Viagra, dilansir media lokal Kent Online.

Pada bulan Oktober perusahaan telah menyampaikan program penataan ulang biaya operasi dan PHK adalah “salah satu konsekuensi” atas putusan tersebut. Awal November PHK juga terjadi telah meluas di luar negara AS, markas Pfizer, hingga ke Irlandia.

Seminggu sebelumnya, Pfizer mem-PHK sekitar 200 karyawan di pabrik mereka di Kalamazoo, Michigan, dilaporkan Biospace. Pfizer juga telah mengumumkan penutupan fasilitasnya di Peapack, New Jersey, berlaku pada awal tahun 2024, bersama dengan dua pabrik lain di Durham dan di Morrisville.

Pfizer sebagai salah satu perusahaan farmasi yang mendapatkan berkah bisnis dari pandemi, pertengahan Oktober  memotong target penjualan US$9 miliar karena menurunnya permintaan untuk suntikan Covid dan pengobatan Paxlovid, dilaporkan Bloomberg News.

Selain Pfizer, Beam Therapeutics Inc, sebuah perusahaan penyuntingan gen juga mem-PHK 100 karyawan atau mewakili 20% dari seluruh stafnya. Perusahaan pada industri biotek ini juga mengatakan bahwa mereka akan menghentikan sementara pengembangan pengobatan untuk virus hepatitis B. Meski begitu Beam masih akan memprioritaskan program untuk mengobati penyakit sel sabit dan kelainan genetik yang diturunkan yang menyebabkan emfisema dan penyakit hati. 

Sama seperti Pfizer, bisnis Beam terangkat pada masa pandemi. Harga sahamnya sempat melonjak, namun kini  turun lebih dari 50% tahun ini, karena penjualan yang melemah.  Dalam sebuah pernyataan, John Evans, kepala eksekutif Beam, mengaitkan pemangkasan ini dengan “lingkungan pasar yang menantang.”

“Kami perlu membuat keputusan sulit untuk memfokuskan sumber daya kami pada program-program klinis dan area penelitian yang kami yakini memiliki potensi tertinggi untuk penciptaan nilai jangka pendek,” kata Evans dilansir dari Bloomberg News. Beam berharap penghematan biaya akan dapat memperpanjang rencana operasi yang telah direvisi hingga tahun 2026.

Rantai pasok  farmasi yang terkait dengan pandemi Covid-19 memang mengalami penurunan tajam, seiring berkurangnya jumlah orang yang menerima suntikan vaksin. Alat tes Covid-19 juga ikut turut, termasuk alat pelindung diri (APD). Banyak perusahaan rantai pasok farmasi di atas telah tutup.

(wep)

No more pages