Apalagi konsumsi masih tumbuh di bawah 5%, tepatnya 4,93% pada 2002. Konsumsi rumah tangga belum kembali seperti tren sebelum pandemi Covid-19, masih belum pulih sepenuhnya.
“Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga masih belum kembali ke level sebelum pandemi,” kata Margo Yuwono, Kepala BPS, dalam jumpa pers awal bulan ini.
Namun, apakah benar masyarakat terlalu banyak menyimpan uang di bank? Apakah kekhawatiran Jokowi benar adanya?
Mengutip laporan Uang Beredar dan Faktor yang Memengaruhi, Bank Indonesia (BI) mencatat total Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan per Januari 2023 adalah Rp 7.724,8 triliun. Naik 8,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Meski tumbuh, tetapi kenaikan DPK melambat karena pada Desember 2022 adalah 9,4% yoy.
Secara bulanan, DPK pada Januari 2023 turun 2,61% dibandingkan Desember 2022. DPK Januari 2023 adalah yang terendah sejak Oktober tahun lalu.
Di sisi kredit, total penyaluran kredit per Januari 2023 adalah Rp 6.284,6 triliun. Dengan demikian, rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) perbankan secara umum ada di 81,36%. Masih sehat, karena berada di rentang 78-92% seperti Peraturan BI No 15/7/PBI/2013.
Namun ada catatan. Pertumbuhan kredit pada Januari 2023 adalah 10,5% yoy. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang 14,5% yoy.
Secara bulanan, penyaluran kredit malah mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 1,62%. Secara nominal, total penyaluran kredit menjadi yang terendah sejak September 2022.
Dari sisi suku bunga, BI mencatat rata-rata tertimbang suku bunga kredit adalah 9,25% pada Januari 2023. Naik 10 basis poin (bps) dibandingkan bulan sebelumnya.
Mengutip catatan Bloomberg, rata-rata suku bunga Kredit Modal Kerja/KMK bank komersial pada Desember 2022 adalah 8,6%. Sejak BI 7 Day Reverse Repo Rate naik pada Agustus tahun lalu, suku bunga KMK naik terbatas 18 bps.
Sementara suku bunga deposito tenor 12 bulan (yang menjadi acuan suku bunga simpanan) rata-rata 4,75% pada Januari 2023. Sejak BI menaikkan suku bunga acuan pada Agustus 2022, suku bunga deposito 12 bulan sudah naik 145 bps.
Data ini menunjukkan bahwa kekhawatiran Jokowi beralasan, lantaran ongkos bunga pinjaman untuk berbisnis naiknya cukup tajam, sementara imbal hasil menabung lebih tinggi daripada sebelumnya dan risikonya juga lebih rendah.
Sebelumnya, BI merilis laporan Survei Konsumen periode Januari 2023. Laporan itu juga memuat porsi yang pendapatan masyarakat yang digunakan untuk konsumsi (prospensity to consume).
Pada Januari 2023, porsi pendapatan yang dipakai untuk konsumsi adalah 73,6%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang 75,6%.
Salah satu penyebabnya adalah kenaikan porsi pendapatan yang ditabung. Pada Januari 2023, porsinya adalah 16,7%, naik dari bulan sebelumnya sebesar 15,2%.
“Berdasarkan kelompok pengeluaran, rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terpantau menurun pada seluruh kategori pengeluaran, terdalam pada responden dengan tingkat pengeluaran kurang dari Rp 5 juta per bulan. Sementara itu, porsi tabungan terhadap pendapatan terindikasi meningkat, tertinggi pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 4,1-5 juta per bulan,” sebut Hasil Survei Konsumen BI.
Oleh karena itu, mungkin Jokowi benar adanya. Kini masyarakat Tanah Air lebih rajin menabung. Bisa jadi alasannya karena suku bunga deposito naik, sehingga nasabah bisa berharap mendapat keuntungan lebih.
Seperti yang disinggung Jokowi, mesin utama pertumbuhan ekonomi Ibu Pertiwi adalah konsumsi. Saat konsumsi macet karena masyarakat memilih menabung, maka pertumbuhan ekonomi nasional akan ikut terhambat.
(aji)