“Para investor lebih fokus pada startup yang memiliki bisnis yang menguntungkan, penilaian yang lebih bijak, dan rencana yang jelas untuk mencapai keuntungan. Hal ini terlihat dari berkurangnya tingkat peralihan dari pendanaan awal (seed) ke putaran A atau B,” terang AC Ventures dan Bain & Co.
Namun dibandingkan industri yang sama tingkat global, Indonesia masih mencatatkan kestabilan di tengah dunia justru menurun 20%-40%. Nilai transaksi industri modal ventura di Indonesia pada tahun 2022 tercatat US$3,6 miliar dengan volume transaksi naik 20% YoY.
Indonesia beruntung karena fundamental ekonomi terjaga hingga memberikan iklim yang menguntungkan untuk startup di dalam negeri. Ditambah populasi muda yang dominan dan masyarakat kelas menengah yang terus berkembang. Konsumsi rumah tangga yang berkontribusi atas 55,6% PDB juga menjadi penopang ekonomi Indonesia.
“Agar Indonesia dapat tetap berada pada jalur pertumbuhannya, Indonesia perlu mengatasi hambatan makro, seperti ketegangan AS-China yang sedang berlangsung, pemilu tahun 2024 mendatang, dan meningkatnya tekanan terhadap pemain teknologi besar untuk mencapai profitabilitas, dan lanskap peraturan yang terus berkembang,” tulis laporan ini.
Tom Kidd, Partner di Bain & Company menegaskan bahwa dalam jangka panjang Indonesia tetap menjadi daya tarik investasi. Tantangan saat ini berupa kondisi makro dan sulitnya pendanaan, tegas Kidd, membentuk ekosistem yang lebih solid dan tahan lama.
“Pertumbuhan masa depan akan terwujud melalui berbagai peluang di sektor-sektor baru yang sedang berkembang, didukung oleh pangkalan investor yang semakin matang dan siap untuk menyediakan modal bagi perusahaan-perusahaan tersebut,” kata dia.
(wep)