Logo Bloomberg Technoz

Ini menjadikan pencapaian surplus selama 42 bulan berturut-turut. Kali terakhir Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan internasional adalah pada April 2020 silam. 

Sementara kurs rupiah juga berhasil menguat 1,02% ke level Rp15.534/US$ pada pukul 16.40 WIB.

Pergerakan sektoral saham infrastruktur, saham teknologi, dan saham properti menjadi pendukung utama penguatan IHSG dengan kenaikan mencapai 3,6%, 2,46% dan 2,16%.

Adapun saham-saham infrastruktur yang melaju pesat adalah, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) meroket 6,51% ke posisi Rp5.725/saham, dan juga PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) melesat naik 5,34% ke posisi Rp690/saham.

Senada, saham teknologi juga naik mendukung penguatan IHSG, PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) meroket 24,5% ke posisi Rp254/saham, PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk (CASH) melesat naik 8,21% ke posisi Rp145/saham. Serta, PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) menguat 8,2% ke posisi Rp132/saham.

Sementara indeks saham LQ45 yang berisikan saham-saham unggulan ikut menguat dan parkir di zona hijau, dengan kenaikan 16,2 poin atau 1,79% ke posisi 920,12.

Saham-saham LQ45 yang bergerak pada teritori ekspansif antara lain, PT Bank Jago Tbk (ARTO) melesat naik 250 poin ke posisi Rp2.300/saham, dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) terbang 40 poin ke posisi Rp580/saham.

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terapresiasi 5 poin ke posisi Rp86/saham, dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) naik 95 poin ke posisi Rp1.685/saham.

Tren positif juga terjadi pada saham LQ45 berikut, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menguat 110 poin ke posisi Rp2.460/saham, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) naik 55 poin ke posisi Rp1.535/saham. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terapresiasi 175 poin ke posisi Rp5.250/saham.

Adapun pasar saham Asia kompak bergerak menghijau pada perdagangan sore hari ini. Indeks Hang Seng Hong Kong meroket 3,92%, indeks Nikkei 225 melesat 2,52%, indeks Kospi menguat 2,2%, indeks Strait Times Singapore menguat 0,88% dan indeks Shanghai Composite terapresiasi 0,55%. Sementara itu, Dow Jones Index Future naik 0,14%.

Malam tadi waktu Indonesia, US Bureau of Labor Statistics melaporkan inflasi di Negeri Paman Sam pada Oktober adalah di level 3,2% secara tahunan. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 3,7% yoy.

Angka ini berada di bawah konsensus pasar dengan perkiraan 3,3% yoy. 

Sedangkan inflasi inti tercatat 4% yoy. Lebih rendah dibandingkan proyeksi pasar yaitu 4,1% dan menjadi yang terendah sejak September 2021.

Perkembangan ini membuat investor makin yakin bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) sudah selesai dengan siklus pengetatan moneter. Kemungkinan besar tidak akan ada lagi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, meskipun mengalami beberapa tantangan dalam beberapa bulan belakangan, inflasi telah menurun secara signifikan dari angka tertinggi dalam 40 tahun yang dicapai pada tahun lalu. Bryce Doty dari Sit Fixed Income Advisors memaparkan, tindakan The Fed berikutnya kemungkinan besar adalah pemotongan suku bunga acuan pada musim panas tahun depan.

Senada, Richard Flynn dari Charles Schwab UK menyebut, penurunan inflasi menunjukkan bahwa kebijakan moneter baru-baru ini telah berhasil, sehingga membuat prospek soft landing meningkat.

(fad/wep)

No more pages