Usia harapan hidup menjadi indikator utama pembangunan kesehatan, termasuk dalam mengukur sejauh mana keberhasilan pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum dan kualitas kesehatan masyarakat secara khusus.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam paparan hari ini menjelaskan, kenaikan Usia Harapan Hidup (UHH) saat lahir Indonesia berkontribusi terhadap kenaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Pada 2023, IPM Indonesia mencapai 74,39, atau naik 0,84% dibandingkan angka 2022.
Kenaikan IPM itu disokong oleh empat indikator penyusunnya yakni, Umur Harapan Hidup (UHH) yang naik 0,23 tahun pada tahun ini menjadi 73,93 tahun. "Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, bayi yang lahir pada 2023 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 73,93 tahun, meningkat 0,23 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir pada tahun sebelumnya," jelas BPS. UHH termasuk dalam dimensi umur panjang dan hidup sehat.
Indikator kedua yaitu, Harapan Lama Sekolah (HLS) tahun ini juga meningkat menjadi 13,15 tahun. "Selama periode 2020 hingga 2023, HLS Indonesia rata-rata meningkat 0,43% per tahun," jelas BPS.
Indikator ketiga, Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) yang juga meningkat 0,05 tahun atau 0,38% dibandingkan 2022. Tumbuh positif akan tetapi melambat dibandingkan rata-rata pertumbuhan selama 2020–2022 yang sebesar 0,46%. Indikator dua dan tiga termasuk dalam dimensi pengetahuan.
Indikator keempat yang menjadi dimensi ketiga, mewakili mewakili pembangunan manusia adalah standar hidup layak yang direpresentasikan dengan pengeluaran riil per kapita per tahun, atas dasar harga konstan 2012 yang disesuaikan.
"Pada 2023, pengeluaran riil per kapita per tahun yang disesuaikan masyarakat Indonesia mencapai Rp11,90 juta per tahun. Capaian ini meningkat Rp420 ribu atau naik 3,66% dibandingkan tahun sebelumnya, lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan 2020–2022 yang sebesar 2,09% per tahun," demikian jelas BPS dikutip dari Berita Resmi Statistik yang dilansir hari ini.
(rui)