Ekspektasi pengisian kembali bijih besi seblum periode liburan Tahun Baru Imlek pada Februari juga membantu prospek permintaan. Hal ini mengimbangi kekhawatiran terhadap sektor properti, yang menyumbang 40% dari permintaan China untuk komoditas ini sebelum krisis properti terjadi.
Beijing telah berupaya memulihkan kepercayaan pada industri yang bermasalah ini, dengan berupaya menyelamatkan pengembang besar setelah membiarkan dua pengembang lain terjerumus ke dalam utang. Sementara itu, ekonomi China kembali ke deflasi pada bulan Oktober, sementara stok bijih besi negara tersebut berada pada level rendah yang terakhir terlihat pada tahun 2016.
Sentimen menguat karena lingkungan makroekonomi yang positif baik di dalam negeri maupun di luar negeri, kata Steven Yu, peneliti ferrous di Mysteel. Dia merujuk pada berita mengenai rencana stimulus Beijing, serta memperkuat ekspektasi terhadap pemotongan suku bunga di AS.
Investor juga mencermati kemungkinan intervensi Beijing untuk mengekang harga bijih besi atau mengurangi produksi baja. China Mineral Resources Group, perusahaan yang didukung pemerintah untuk mengonsolidasikan pembelian bijih besi di negara tersebut, mengatakan pekan lalu bahwa harga telah mencapai level yang tidak wajar.
Produksi baja mentah China turun ke tingkat terendah tahun ini pada bulan Oktober, setelah beberapa pabrik menghentikan operasionalnya di tengah tipisnya margin dan ketidakpastian permintaan.
Harga bijih besi naik 2,1% menjadi US$130,90 per ton di Singapura pada pukul 13:06 waktu setempat. Kontrak berjangka di Dalian dan harga baja di Shanghai juga melonjak.
(bbn)