Logo Bloomberg Technoz

Dia pun menggarisbawahi soal kewajiban Freeport membangun smelter baru di Fakfak sebagai syarat perpanjangan IUPK. Menurutnya, proyek tersebut memiliki potensi untuk mendatangkan banyak investor pengiliran di dalam negeri.

PTFI tidak harus membangun sendiri smelter baru tersebut untuk menyerap konsentrat tembaga yang diproduksi PT Smelting – yang juga dikelola Freeport.

“Saya yakin ada investor-investor yang bergerak di bidang smelter yang akan berdatangan kalau pasar dari Freeport cukup besar. Dengan demikian, proyek baru itu menguntungkan sebenarnya bagi perusahaan atau investor smelter,” jelas Fahmy.

Pun demikian, dia menggarisbawahi – berkaca dari proyek smelter Manyar yang tersendat-sendat – proyek smelter Fakfak memiliki ketidakpastian yang cukup tinggi. Apalagi, jika pemerintah terus-menerus mengizinkan Freeport untuk mengekspor konsentrat.

“Saya jadi ingat, zaman Presiden SBY [Susilo Bambang Yudhoyono] itu sudah banyak investor smelter yang mau masuk melayani PTFI. Akan tetapi, kemudian SBY memberikan kebijakan relaksasi ekspor konsentrat, jadinya mereka enggak laku,” ujarnya.

“Mereka kabur gara-gara Indonesia juga. Maka, kalau kemudian Indonesia itu konsisten melarang ekspor konsentrat tembaga, saya yakin akan berdatangan investor smelter tadi, entah itu di Gresik atau di Papua nanti.”

Lebih lanjut, dia menilai pangsa pasar tembaga Freeport cukup besar di dalam negeri. Tidak hanya itu, smelter-smelter yang mengolah konsentrat menjadi katoda juga sudah mulai bermunculan di Tanah Air. Dengan demikian, tidak ada alasan lagi bagi Freeport untuk meminta relaksasi ekspor konsentrat.

“Itu alasan yang dicari-cari. Kalau tidak diberi izin ekspor, nanti mengancam stop produksi, PHK buruh, dan kontribusi ke ekonomi daerah akan turun. Ini hanya gertak sambal Freeport saja. Freeport-McMoRan [induk PTFI] itu perusahaan terbuka di New York. Kalau dia benar-benar menghentikan produksinya di Indonesia, maka pasti harga sahamnya anjlok dan itu tidak dikehendaki oleh McMoRan.”

Peta area PT Freeport Indonesia (Dok ptfi.co.id)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) awal pekan ini bertemu dengan CEO Freeport-McMoran Inc. Richard C Adkerson di Washington DC, Amerika Serikat. Keduanya membahas sejumlah isu berkaitan dengan investasi Freeport di Indonesia, salah satunya rencana pembangunan smelter di Fakfak, Papua. 

"Freeport juga komitmen membangun smelter di Fakfak, Papua," kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang ikut mendampingi Jokowi seperti dilansir Sekretariat Presiden, Selasa (14/11/2023).

Menurut dia, pembangunan smelter Fakfak menjadi bagian dari rencana pembangunan dan peningkatan kapasitas smelter Freeport di Indonesia. Selain Fakfak, Freeport sedang menuntaskan smelter di Gresik yang dapat mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga menjadi 600.000 ton katoda. 

"Yang di [Manyar, Gresik], Desember ini akan diresmikan juga. Mudah-mudahan Bapak Presiden bisa hadir meningkatkan [kapasitas smelter Freeport] dari 1 juta menjadi 1,3 juta sebelum nanti tahun depan ditingkatkan lagi," ujar Erick.

Dia mengatakan Jokowi menyempatkan diri bertemu dengan petinggi perusahaan AS untuk meningkatkan investasi asing di Indonesia. Hingga saat ini, investasi AS sendiri berada pada posisi keempat dengan nilai nyaris US$16 miliar.

"Belum pernah terjadi sebelumnya, dan itulah mengapa Bapak Presiden terus mendorong investasi untuk Indonesia dari Amerika Serikat," kata Erick.

Jokowi rencananya memang akan membahas ekspor produk turunan nikel dan mineral lain dalam komponen kendaraan listrik ke AS. Lobi ini diharapkan mampu menarik minat dunia pada produk dari Indonesia.

(wdh)

No more pages