Bloomberg Technoz, Jakarta - Euforia pasar hari ini mengerek pamor Surat Utang Negara (SUN) yang mencetak reli harga sejurus dengan penurunan imbal hasil Treasury, surat utang Amerika Serikat (AS) hingga double digit.
Harga SUN tenor menengah lima tahun melesat karena menjadi incaran pemodal di pasar, terindikasi dari penurunan imbal hasil tajam, terdalam sejak 2022 silam.
Berdasarkan pemantauan di pasar obligasi sampai Rabu siang ini (15/11/2023), SUN-5 tahun mencatat penurunan yield hingga 19,1 basis poin (bps) ke kisaran 6,67% dan menjadi penurunan imbal hasil terbesar sejak Desember 2022 lalu.
SUN atau INDOGB-3 tahun juga laris diserbu pemodal dengan penurunan yield hingga 15,6 bps ke kisaran 6,52%. Disusul oleh INDOGB tenor 30 tahun yang juga tergerus yield-nya 6,3 bps.
Selain tiga tenor tersebut, SUN benchmark tenor lain justru mencatat penurunan harga terindikasi dari pergerakan yield yang justru naik di tengah 'pesta' di pasar keuangan hari ini tersulut euforia pasca rilis data inflasi AS.
Sebagai catatan, pergerakan imbal hasil obligasi berbanding terbalik dengan harga. Ketika obligasi banyak dibeli, harganya akan naik dan membuat imbal hasilnya turun. Sebaliknya, ketika obligasi banyak dilepas atau dijual, harganya akan turun dan imbal hasilnya jadi naik.
Tenor Favorit di Lelang
Animo pemodal terhadap obligasi RI tenor 5 tahun sudah terlihat dalam beberapa kali lelang terakhir.
Terakhir pada lelang SUN yang digelar kemarin, FR0101 yang bertenor 5 tahun, jatuh tempo pada 2029, juga menjadi seri yang paling diminati peserta lelang dengan mencatat nilai permintaan hingga Rp12,46 triliun.
Peserta lelang meminta yield hingga 7,2% meski akhirnya pemerintah memenangkan di rata-rata yield 6,95%, masih lebih tinggi ketimbang tingkat imbal hasil acuan siang ini.
Lelang kemarin juga menandai lebih jauh kembalinya animo pemodal terhadap surat utang RI dengan mencatat nilai permintaan masuk cukup tinggi di kisaran Rp33 triliun.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan yang dikompilasi oleh Bloomberg, selama periode 1-10 November, pemodal asing terpantau kembali mencetak net inflow di surat utang RI senilai Rp9,2 triliun. Ini menjadi net inflow modal asing pertama sejak Juli lalu.
Hal itu juga menjadi penanda berakhirnya periode jual investor global atas SUN di mana selama Agustus-Oktober lalu, asing mencatat arus keluar di pasar surat utang domestik hingga US$2,4 miliar atau setara Rp37,68 triliun.
Euforia pasar hari ini yang tecermin dari pergerakan yield obligasi dan indeks saham berpangkal pada optimisme pelaku pasar keuangan bahwa siklus kenaikan bunga acuan bank sentral AS Federal Reserve, sudah berakhir, menyusul data inflasi Oktober yang lebih rendah ketimbang prediksi.
Rupiah juga langsung mencetak reli penguatan tajam hingga berhasil kembali ke zona Rp15.400-an pada sesi pertama perdagangan di pasar spot hari ini. Penguatan rupiah berlangsung di tengah hampir semua valuta Asia yang kompak menguat melawan the greenback.
Sampai pukul 12:16 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sedikit tertahan di kisaran Rp15.504/US$, pasca rilis data ekspor impor Oktober yang memperlihatkan penurunan ekspor berlanjut dibarengi nilai impor yang juga turun.
(rui/aji)