Logo Bloomberg Technoz

Dalam perhitungan bulanan, ekspor migas tercatat US$ 1,37 miliar atau merosot 2,38% dibanding bulan sebelumnya, sedangkan ekspor non-migas tercatat US$ 20,78 miliar atau naik 7,42%. 

Semua sektor naik kecuali sektor pertanian kehutanan dan perikanan. "Kenaikan utamanya didorong industri pengolahan naik paling tinggi, barang perhiasan, barang berharga, besi baja, nikel, minyak kelapa sawit," kata Pudji. 

"Ekspor migas merosot 2,38% secara bulanan, didorong oleh penurunan nilai ekspor minyak mentah turun 11,85% dibanding bulan sebelumnya," ujar Pudji.

Sementara itu, kenaikan ekspor Oktober didorong oleh peningkatan ekspor non-migas, terutama golongan bahan bakar mineral yang naik 24,61%. Selain itu, ekspor logam mulia, perhiasan atau permata naik 43,10%, dan ekspor alas kaki naik 39,55%," ujar Pudji.

Konsensus yang dihimpun Bloomberg memperkirakan ekspor mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 16,49% yoy.

Ekspor tidak pernah tumbuh positif sejak Juni. Kontraksi pada Oktober membuat penurunan terjadi selama 5 bulan beruntun.

"Harga komoditas unggulan ekspor secara umum mengalami penurunan. Minyak kelapa sawit, batu bara, nikel mengalami penurunan harga baik secara mtm maupun yoy," kata Pudji dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta.

Ekonomi mitra dagang utama Indonesia, lanjut Pudji, masih tumbuh positif. Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, dan India mengalami pertumbuhan ekonomi positif.

(lav)

No more pages