Perkembangan terakhir ini kemungkinan akan menambah ketegangan dalam hubungan AS-China, yang renggang dalam beberapa saat terakhir ini.
Ketegangan meningkat sejak AS mengidentifikasi, dan kemudian menembak jatuh, benda yang mereka katakan sebagai balon mata-mata China yang melintasi wilayah AS. China mengecam tuduhan dan tindakan AS terhadap benda yang menurut mereka adalah balon pendeteksi cuaca.
Perjalanan balon menyebabkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menunda perjalanan ke China untuk pertemuan yang sudah lama ditunggu-tunggu. Dan ketika Anthony bertemu dengan penasihat negara China Wang Yi di Jerman, keduanya mengalami ketidaksepahaman tentang segala hal mulai dari balon mata-mata, Taiwan, Korea Utara, hingga potensi dukungan China untuk perang Rusia di Ukraina.
Kedua negara itu juga kurang komunikasi militer-ke-militer. Pada awal Februari, tak lama setelah AS menembak jatuh balon, China menolak permintaan dari Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin untuk berbicara via telepon dengan Menteri Pertahanan China Wei Fenghe.
Dukungan militer AS untuk Taiwan, yang termasuk miliaran penjualan senjata canggih, adalah sumber ketegangan yang sudah lama terjadi antara Washington dan Beijing.
Bulan ini, China mengenakan sanksi dan denda ke Lockheed Martin Corp. dan anak perusahaan Raytheon Technologies Corp. untuk penjualan senjata ke Taiwan – langkah yang menurut para analis hanya bersifat simbolis mengingat unit-unit tersebut hanya menjual sedikit atau tidak sama sekali ke China.
Kedutaan China di Washington tidak segera menjawab pertanyaan yang dikirim melalui email.
Sementara itu, Kantor Perwakilan Ekonomi dan Budaya Taipei, kedutaan de facto Taiwan di Washington, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “selama beberapa dekade, Taiwan dan AS telah berkoordinasi erat dalam hal-hal yang berkaitan dengan pertahanan dan menjaga perdamaian di Selat Taiwan. Kami tidak memiliki komentar atau detail lebih lanjut untuk dibagikan.”
--Dengan asistensi Tony Capaccio.
(bbn)