Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra mengatakan peningkatan pemesanan tiket mulai terlihat pada tanggal-tanggal yang dekat dengan hari penyelenggaraan konser Coldplay.
“Ada sih [peningkatan], tetapi belum bisa dipastikan juga apakah semua ini mereka yang mau nonton Coldplay atau bagaimana,” kata dia, beberapa waktu lalu.
Neraca Jasa Perjalanan
Perjalanan masyarakat Indonesia ke luar negeri berarti akan ada devisa yang meninggalkan Tanah Air. Ini tercatat di neraca jasa perjalanan dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
Pada kuartal II-2023, neraca neraca jasa perjalanan tercatat defisit US$ 1 miliar. Kuartal sebelumnya, pos ini membukukan surplus US$ 0,4 miliar. Penyebabnya adalah peningkatan pembayaran yang lebih besar dibandingkan penerimaan jasa perjalanan.
“Penerimaan jasa perjalanan dari wisatawan mancanegara (wisman) tercatat sebesar US$ 3,2 miliar, lebih tinggi dibandingkan US$ 2,8 miliar pada triwulan I-2023 seiring meningkatnya jumlah kunjungan wisman ke Indonesia. Di sisi lain, pembayaran jasa perjalanan wisatawan nasional (wisnas) tercatat sebesar US$ 3,4 miliar pada triwulan II-2023, lebih tinggi dibandingkan dengan US$ 2,4 miliar pada triwulan sebelumnya,” sebut laporan Bank Indonesia (BI).
Oleh karena itu, apabila konser Coldplay di Singapura dan Bangkok diserbu oleh wisnas Indonesia, maka bukan tidak mungkin defisit neraca perjalanan bisa membengkak. Ini akan semakin menambah beban neraca perdagangan jasa secara umum.
Pada kuartal II-2023, neraca jasa mengalami defisit US$ 4,65 miliar, lebih dalam dibandingkan defisit kuartal sebelumnya yang US$ 4,58 miliar.
Ancaman bagi Rupiah
Neraca perdagangan jasa adalah bagian dari transaksi berjalan (current account). Sejak kuartal III-2021 hingga kuartal I-2023, transaksi berjalan Indonesia selalu mencetak surplus.
Namun pada kuartal II-2023, akhirnya transaksi berjalan kembali defisit di US$ 1,93 miliar atau 0,55% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Transaksi berjalan menjadi fundamental penting bagi pergerakan mata uang suatu negara. Sebab, transaksi berjalan mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa yang sifatnya jangka panjang, berkelanjutan. Tidak seperti devisa yang datang dari investasi portofolio di sektor keuangan alias hot money, yang bisa datang dan pergi sesuka hati.
Oleh karena itu, konser Coldplay di Singapura dan Thailand bisa saja menjadi sentimen negatif bagi nilai tukar rupiah. Sebab, konser ini bisa membuat neraca jasa perjalanan defisit, menambah dalam defisit neraca perdagangan jasa, dan kemudian membebani transaksi berjalan.
Saat transaksi berjalan tertekan, maka rupiah akan ikut terancam.
(aji/dba)