Logo Bloomberg Technoz

Sementara itu, Treasury 10 tahun tergerus 19,3 bps ke kisaran 4,44%, level yield terendah setidaknya sejak September. Penurunan yield obligasi memperlihatkan ada lonjakan aksi beli yang mengerek harga surat utang. 

Indeks dolar AS langsung anjlok semalam, melemah hingga 1,5%, memberikan peluang bagi valuta yang menjadi lawan untuk berbalik menguat di kisaran signifikan.

Adapun, bursa saham AS dan Eropa kompak ditutup di zona hijau, di mana S&P 500 melompat 1,91%, Nasdaq terbang 2,4% juga Euro Stox menguat 1,41%. Euforia dari Barat ini dipastikan akan menular ke Selatan termasuk di pasar valuta dan rupiah.  

Pelaku pasar global meyakini, dalam pertemuan atau Federal Open Meeting Committe (FOMC) The Fed pada 13 Desember, bank sentral paling berpengaruh di dunia itu tidak akan menaikkan bunga acuan lagi bahkan peluangnya juga sangat kecil di kuartal I-2024. Sebaliknya, pada kuartal II-2024, probabilitas penurunan bunga The Fed meningkat hingga hampir 60%. 

Semalam, Badan Statistik Amerika melaporkan angka inflasi Oktober yang tercatat 3,2% year-on-year, jauh lebih rendah dibandingkan dengan September yang masih di 3,7%.

Inflasi inti AS pada Oktober tercatat di angka 4%, turun dari angka sebelumnya 4,1% dan di bawah perkiraan pasar. Melandainya inflasi inti ini menjadi sumber euforia pasar mengingat selama sekian lama The Fed terlihat kesulitan menekan inflasi inti yang 'bandel'.

Secara bulanan, kenaikan inflasi inti AS bulan lalu juga lebih rendah dibandingkan dengan prediksi pasar yaitu di 0,2% dari perkiraan sebesar 0,3%. Adapun, inflasi IHK secara bulanan bulan lalu tidak bergerak alias 0,0%, di luar dugaan yang memperkirakan ada kenaikan sebesar 0,1% month-to-month.

(rui/wdh)

No more pages