Pernyataan Srettha ini muncul setelah gubernur Otoritas Pariwisata Thailand mengatakan kepada wartawan pada Minggu (12/11/2023) bahwa negara ini sedang berunding dengan China terkait patroli bersama.
Pernyataan itu menimbulkan amarah di kalangan warga Thailand karena mereka khawatir dengan kedaulatan negara. Srettha mengatakan kontroversi itu muncul karena kesalahan komunikasi.
Thailand mencoba menghidupkan kembali industri pariwisata yang merupakan motor utama pertumbuhan ekonomi negara itu.
Wisatawan asal China adalah pengunjung terbesar ke Thailand di era sebelum pandemi Covid-19 .
September lalu, pemerintah Srettha menghapus persyaratan visa bagi wisatawan China selama lima bulan, pengecualian ini kemudian diberlakukan juga pada warga dari India dan Taiwan mulai Mei tahun depan.
Tahun ini jumlah wisatawan China mencapati 2,8 juta orang, jauh di bawah target pemerintah antara 4-4,4 juta orang.
(bbn)