"JSA kita kali ini bertujuan untuk memanfaatkan kekuatan yang saling melengkapi dari ketiga pihak dalam pengembangan panas bumi di Kotamobagu," Ujar Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi dalam keterangan resmi, Selasa (14/11/2023).
Country Manager Chevron Indonesia Wahyu Budiarto berharap pihaknya dapat membawa beberapa keahlian dan teknologi teknis dalam pengembangan tersebut, sejalan dengan program transisi energi Indonesia.
"Ini adalah kolaborasi Chevron yang kelima dengan Pertamina dan kami sangat antusias dengan bergabungnya Mubadala Energy di WKP Kotamobagu."
Indonesia sendiri saat ini telah menargetkan utilisasi energi panas bumi dalam kelistrikan dalam negeri menembus 5,5 gigawatt (GW) pada 2030, dengan 3,3 GW di antara merupakan kapasitas terpasang panas bumi.
Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sumber daya panas bumi di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 28,5 gigawatt electrical (GWe) yang terdiri dari sumber daya 11.073 megawatt (MW) dan cadangan 17.453 MW.
Adapun, sumber daya panas bumi yang termanfaatkan telah mencapai 1.948,5 MW yang terdiri dari 13 pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di 11 wilayah kerja panas bumi (WKP).
Saat ini setidaknya terdapat 13 PLTP di Indonesia. Mereka a.l. PLTP Sibanyak yang dikelola PGEO dengan kapasitas 12 MW, PLTP Sarulla oleh Sarulla Operation Ltd kapasitas 330 MW, PLTP Ulubelu oleh PGEO kapasitas 220 MW, dan PLTP Salak oleh PT Star Energy Geothermal Salak Ltd. kapasitas 377 MW.
Selain itu, PLTP Wayang Windu oleh Star Energy Geothermal Wayang Windu kapasitas 227 MW, PLTP Patuha oleh PT Geo Dipa Energy kapasitas 55 MW, PLTP Kamojang oleh PGEO kapasitas 235 MW, dan PLTP Darajat oleh Star Energy Geothermal Drajat kapasitas 270 MW.
Lalu, PLTP Dieng oleh PT Geo Dipa Energy kapasitas 60 MW, PLTP Karaha oleh Pertamina kapasitas 30 MW, PLTP Matalako oleh PT PLN kapasitas 2,5 MW, PLTP Lahendong oleh PGEO kapasitas 120 MW, dan PLTP Ulumbu oleh PT PLN kapasitas 10 MW.
(ibn/wdh)