Brasil adalah pemasok utama daging sapi ke China tahun lalu, di atas Uruguay dan Argentina. Saat pengiriman dari Brasil terhenti, pasokan dari dua negara Amerika Selatan itu bisa meningkat. Pengiriman dari Australia juga bisa naik, jika restriksi dilonggarkan.
Penghentian ekspor sementara akan memukul sejumlah perusahaan seperti JBS SA, Marfrig Global Foods, dan Minerva SA, Setelah jatuh saat pengumuman kasus sapi gila Rabu lalu, harga saham emiten-emiten tersebut bangkit pada perdagangan kemarin.
Minerva dan Marfrig akan terus berupaya untuk memenuhi permintaan dari China melalui fasilitas mereka di Uruguay dan Argentina. JBS juga bisa melakukan hal serupa dengan fasilitas mereka di Australia, menurut Analis XP Investimentos Leonardo Alencar.
Sampel dari sapi yang terjangkit penyakit dikirim ke laboratorium di Alberta, Kanada, untuk menentukan apakah kasus ini “atipikal”. Varian atipikal berbeda dari kasus “klasik” yang berhubungan dengan penyakit Creutzfeldt-Jakob di manusia.
Kasus atipikal juga secara umum berarti hewan terjangkit secara spontan, bukan karena memakan makanan yang terkontaminasi. Brasil belum pernah melaporkan penyakit sapi gila klasik.
Penghentian ekspor ini diperkirakan hanya berlaku sebentar jika kasusnya adalah atipikal, kata Analis Rabobank Pan Chenjun. Namun tetap akan ada dampak signifikan karena Brasil adalah pemasok utama.
Kasus atipikal di Brasil terakhir terjadi pada 2021. Kala itu, butuh waktu 3 bulan untuk membuka kembali ‘keran’ ekspor.
Penghentian yang sekarang diperkirakan berlangsung lebih singkat karena pasokan sedang ketat, kata Direktur HN Agro Hyberville Neto. Selain itu, hubungan diplomatik kedua negara membaik karena terpilihnya Presiden Lula da Silva yang berhaluan kiri.
Otoritas kepabeanan China, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Pertanian dan Pedesaan tidak bisa dimintai komentar dengan segera.
Kasus sapi gila ditemukan di seekor sapi berusia 9 tahun di Maraba, Negara Bagian Para. Hewan itu hanya memakan rumput dan kini sudah disembelih.