Sektoral saham transportasi dan saham kesehatan menjadi pendukung utama penguatan IHSG dengan kenaikan 1,24% dan 1%, disusul oleh menguatnya saham barang baku sebesar 0,37%.
Sedangkan, sektoral saham teknologi mengalami koreksi 0,46%.
Sejumlah saham-saham transportasi yang menjadi pendorong kenaikan IHSG adalah, PT Jaya Trishindo Tbk (HELI) yang meroket hingga 34,5%, PT Steady Safe Tbk (SAFE) yang melesat mencapai 7,22% juga dengan saham PT Temas Tbk (TMAS) yang menguat 5,84%.
Senada, saham kesehatan juga naik mendukung penguatan IHSG, PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) meroket 24,5%, PT Ikapharmindo Putramas Tbk (IKPM) melesat naik 2,35% dan saham PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) menguat 2,11%.
Adapun kinerja bursa di Asia siang hari ini bergerak bervariasi. Indeks Kospi menguat 1,24%, indeks Nikkei 225 terapresiasi 0,47%, indeks Shanghai Composite naik 0,08%, indeks Strait Times Singapore turun 0,42% dan indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,11%.
Laju fluktuatif dan gerak yang bervariasi merupakan efek wait and see menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) Selasa malam waktu setempat. Data inflasi AS itu akan memberi petunjuk paling jelas arah kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kedepannya, apakah The Fed telah selesai dengan kenaikan bunga acuan atau hanya menahannya untuk sementara waktu.
Konsensus ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan Negeri Paman Sam akan mencatat inflasi 3,3% secara tahunan, melandai dari angka inflasi September sebelumnya 3,7%.
Selain itu, sepanjang pekan ini dipenuhi oleh sejumlah peristiwa penting, mulai dari rilis data Inflasi dan Penjualan Ritel di AS pada Selasa dan Rabu hingga rilis data aktivitas ekonomi bulan Oktober China (Penjualan Ritel, Industrial Production, Tingkat Pengangguran dan Fixed Asset Investment) pada Rabu, waktu setempat.
Sementara CME FedWatch Tools mencatat peluang Federal Reserve menahan tingkat suku bunga acuan di FOMC Desember 2023 mendatang ada di atas 80%.
(fad)