Pendekatan TikTok untuk bisa kembali mengoperasikan layanan e-commerce juga ditunjukkan dengan keinginan CEO Zhou Zi Chew bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Namun sebelumnya Jokowi meminta Chew bertemu Teten.
“Saya diminta Pak Presiden temui CEO TikTok karena mau bisnis lagi di Indonesia, oke. Tapi kata Pak Presiden ngobrol dulu sama Menkop UKM. Artinya kan mereka tetap mau untuk bisnis di Indonesia,” jelas dia.
Chew diketahui belum memberi pernyataan terbaru apapun usai rilis resmi TikTok 3 Oktober silam, perihal penutupan TikTok Shop.
“Prioritas utama kami adalah untuk menghormati dan mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, kami tidak akan lagi memfasilitasi transaksi e-commerce di dalam TikTok Shop Indonesia, efektif per tanggal 4 Oktober, pukul 17.00 WIB. Kami akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Indonesia terkait langkah dan rencana kami ke depan,” tulis TikTok Indonesia dalam pernyataan resmi.
Akhir Oktober isu kemitraan dengan pemain lokal, khususnya Tokopedia, muncul lewat sebuah laporan sebuah perusahaan sekuritas.
“Kami pikir cara tercepat bagi TikTok Shop untuk kembali beroperasi adalah melalui kemitraan dengan pemain yang sudah ada,” tulis MayBank Sekuritas Indonesia.
“Tentu ada potensi Tiktok Shop kembali masuk, tetapi mungkin harus menyelesaikan perizinan sesuai aturan yang berlaku,” tambah Jono Syafei, analis Henan Putihrai Sekuritas.
Chew mengatakan saat kunjungannya ke Indonesia bulan Juni, mengatakan, “Kami menganggap ini [Indonesia] sebagai rumah, lingkungan ini bukan seperti tujuan yang jauh. Jadi kami ingin berinvestasi secara proporsional berdasarkan peluang yang ada.”
TikTok yang menjadi bagian dari ByteDance China mampu mengkonversi penonton mereka menjadi berbelanja lewat sejumlah strategi, termasuk masifnya livestreaming.
TikTok telah menikmati keuntungan besar, bahkan menurut perhitungan Teten, nilainya mencapai Rp8-Rp9 triliun/bulan. Namun apakah pilihannya kemitraan atau justru mengembangkan platform baru, ini masih jadi misteri.
Pasar e-commerce Indonesia diprediksi mencapai US$160 miliar tahun 2030, berdasarkan rilis bersama, Google, Temasek, dan Bain & Co. Indonesia merupakan pasar besar dengan 270 juta, dengan estimasi nilai transaksi perdagangan digital menurut Momentum Works mencapai US$52 miliar.
Sebelumnya dilaporkan Channelnewsasia, TikTok dan Youtube dikabarkan berpeluang bergabung dengan Meta Platform Inc. dalam proses pengajuan permohonan izin perdagangan e-commerce di Indonesia. Namun perwakilan Kemendag mengklarifikasi bahwa hanya Meta yang sudah mengajukan permohonan Surat Izin Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing (SIUP3A) Bidang PMSE.
“Untuk TikTok, Youtube, belum ada pengajuan perizinan e-commerce,” pungkas Direktur Perdagangan melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa Kemendag Rifan Ardianto.
(wep)