Dengan demikian, bila inflasi sesuai dengan target maka kemungkinan suku bunga mengalami kenaikan menjadi terbatas. Artinya, bila inflasi dan arah suku bunga sesuai ekspektasi pasar, maka bisa menjadi sentimen positif buat Rupiah.
Di pasar swap, para pedagang menaikkan probabilitas kenaikan bunga acuan The Fed pada Desember dari 9,1% menjadi 14%. Ada kekhawatiran, inflasi inti AS yang masih sulit ditekan memberi ruang bagi The Fed untuk berlanjut mengerek bunga acuan.
Konsensus pasar menunjukkan The Fed telah memenangkan pertarungan melawan inflasi dan pasar tentu sangat bersemangat dengan potensi pembalikan arah dovish.
"Namun, ini bukan pertama kali harapan untuk dovish pivot memantik euforia. Apabila inflasi inti tetap di kisaran 3%, maka ada sedikit keraguan bahwa The Fed akan menempuh pengetatan kebijakan lagi," kata Jim Reid dari Deutsche Bank AG seperti dilansir oleh Bloomberg News, Selasa (14/11/2023).
Rupiah di pasar spot kemarin ditutup melemah tipis 0,03% di posisi Rp15.700/US$, di tengah tren pelemahan mata uang Asia menghadapi dolar AS.
Pagi ini di pasar derivatif, nilai rupiah diperdagangkan melemah, tapi di kisaran lebih kuat dibandingkan di pasar spot. Sementara indeks dolar AS semalam ditutup melemah di tengah aksi jual investor di pasar obligasi yang masih berlanjut, terindikasi dari penurunan indeks harga obligasi baik di pasar negara maju maupun emerging market.
Bank Indonesia (BI) dalam paparan di hadapan parlemen kemarin menyatakan kenaikan target inflasi 2024 yakni dari 2,8% menjadi 3,2%, terutama karena harga pangan dan harga energi dunia. Sementara itu, inflasi inti tahun depan akan di kisaran 2,54%.
Untuk tahun depan, BI memperkirakan kisaran rupiah ada di Rp15.510/US$. Pertumbuhan ekonomi 2024 diprediksi akan ada di level 5%, lebih rendah dibanding 2023 yang diperkirakan di angka 5,01%.
(dov/lav)