Sarah Zheng—Bloomberg News
Bloomberg, Didi Global Inc. membukukan laba pertamanya sejak 2021, menopang pemulihan bertahap perusahaan jasa pemesanan kendaraan asal China ini, jelang IPO tahun depan.
Didi, yang merupakan jawaban dari Uber Technologies Inc di China ini membukukan laba bersih 107 juta yuan atau US$14,7 juta (sekitar Rp229,3 miliar) pada kuartal ketiga, pasca kembali mendaftarkan pengguna baru di bulan Januari.
Didi menghasilkan pendapatan pada kuartal September 51,4 miliar yuan, naik 25%. Demikian disampaikan perusahaan dalam sebuah pernyataan, Senin.
Didi membuat kemajuan dalam upaya meraih kembali pangsa pasar yang hilang sejak 2021, ketika regulator meluncurkan penyelidikan terhadap penanganan datanya. Didi dipaksa untuk menghapus datanya dari Bursa Efek New York.
Ekspansi bisnis yang dingin kala itu, membuat co-founder Cheng Wei tersingkir dari sorotan publik dan memungkinkan saingannya seperti Meituan melanggar batas wilayahnya.
Dalam sebuah sinyal kepada para investor, Didi mengatakan bahwa perusahaan telah mengesahkan program buyback saham senilai US$1 miliar yang akan berlangsung selama 24 bulan ke depan.
“Di masa depan, kami berharap untuk terus mengembangkan bisnis inti kami sambil meningkatkan kemampuan produk dan layanan kami,” Cheng, yang menjabat CEO Didi, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang jarang terjadi sejak menyelesaikan penyelidikan.
Sempat dielu-elukan sebagai juara nasional yang mengusir Uber dari pasar China, kejatuhan Didi yang cepat selama tindakan keras teknologi Beijing dua tahun yang lalu telah merangkum ketidakpastian usaha sektor swasta selama masa pemerintahan Xi Jinping.
Kembalinya Didi dan akhirnya melakukan pencatatan ulang memberikan sinyal kuat akan dukungan baru Beijing untuk sektor teknologi. Hal ini sangat dibutuhkan untuk menghidupkan kembali ekonomi China yang sedang tersendat.
Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri bagi perusahaan swasta setelah bertahun-tahun pengawasan regulasi merendahkan para bos perusahaan dari Tencent Holdings Ltd hingga Alibaba Group Holding Ltd, yang merupakan pendukung Didi.
Didi berencana untuk melakukan re-listing di Hong Kong tahun depan, didorong oleh tanda-tanda bahwa bisnisnya mulai pulih sejak mengembalikan aplikasi utamanya ke toko-toko seluler awal tahun ini.
Didi memperkecil kerugian bersih dan meningkatkan penjualan lebih dari 52% pada kuartal Juni. Pada bisnis intinya di China, rata-rata transaksi harian mencapai 31,3 juta pada kuartal September meskipun sentimen konsumen lebih lemah dari yang diperkirakan pasca pemulihan pasca pandemi.
Didi kini hanya diperdagangkan di pasar pink-sheets yang sangat tidak likuid— diperuntukkan bagi perusahaan kecil. Terjadi pengacuan ekspektasi dengan kenaikan 40% sejak bulan Mei yang memberinya nilai pasar mendekati US$17 miliar (sekitar Rp265 triliun).
Pada Agustus kemarin Didi mengumumkan penjualan divisi pengembangan kendaraan listriknya kepada Xpeng Inc, sebuah langkah yang membuat perusahaan transportasi online ini meraih 3,25% saham di perusahaan pembuat mobil listrik tersebut.
(bbn)