Logo Bloomberg Technoz

Pengamat: NIM Bank Sebaiknya Tidak Diatur

Muhammad Julian Fadli
23 February 2023 20:30

Ilustrasi allo bank. (Tangkapan layar via instagram @allobank)
Ilustrasi allo bank. (Tangkapan layar via instagram @allobank)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Sebastian Tobing, pengamat pasar saham dan keuangan menilai selisih bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) sebaiknya tidak perlu diatur. Biarkan industri perbankan mengelolanya masing-masing. Pasalnya masing-masing memiliki penilaian risiko atas pemberian kredit kepada nasabah.

"Menurut saya justru NIM jangan diatur, karena sekarang kalau kita bicara dengan businessman, mereka lebih penting mendapatkan utang dibandingkan (mempersoalkan) bunga tinggi. Apalagi UMKM, yang penting dapat. Bukan dapat utang murah," ucap Sebastian di Jakarta, Kamis (23/2/2023).

Ia menambahkan, mayoritas masyarakat juga masih banyak menyimpan dananya dalam bentuk tabungan dan giro di bank. Padahal tingkat bunga tabungan dan giro tergolong amat kecil. "Banyak orang menyimpan (uang) di situ, di CASA (Current Account Saving Account), jadi susah untuk menyalahkan bank, Sebastian menegaskan.

NIM perbankan Indonesia jadi bahan komentar Presiden Joko Widodo di awal bulan ini karena dianggap terlampau tinggi. Jokowi klaim NIM bank di Indonesia adalah yang paling tinggi di dunia.

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa juga mengakui NIM di Indonesia berada pada batas atas, sekitar 4,68% dengan ROA 2,4%. Jika membandingkan dengan data regional, Indonesia berada di posisi dua di bawah Kamboja dengan rata-rata 5,34%.