Logo Bloomberg Technoz

“Pernyataan Powell jadi semacam momen yang sulit untuk dibicarakan karena bank-bank sentral harus meyakinkan pasar bahwa tidak akan ada pivot yang akan terjadi besok pagi,” kata Erick Muller, Kepala Produk dan Strategi investasi Muzinich and Co. London, seperti yang diwartakan Bloomberg News.

Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, meskipun komentar Powell ini mirip dengan pernyataan yang dibuatnya pada penutupan pertemuan kebijakan Federal Reserve tanggal 31 Oktober–1 November kemarin, investor tetap merasa nada bicara Powell lebih galak (Hawkish) dibandingkan dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya.

“Bahkan sejumlah investor curiga Powell tidak suka dengan melonggarnya kondisi finansial belakangan ini yang bisa di lihat dari anjloknya imbal hasil (Yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun yang turun hampir 40 bps menjadi 4,63% dari sedikit di atas 5,0% sebelumnya,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Pada minggu yang sama, sejumlah pejabat tinggi Federal Reserve juga sudah mengeluarkan komentar Hawkish untuk menjaga agar ekspektasi penurunan suku bunga tidak menjadi liar. 

Mereka semua sepakat bahwa ekonomi AS belum merasakan secara utuh dampak dari kenaikan suku bunga acuan yang sudah diimplementasikan Federal Reserve, sinyal bahwa ekonomi AS akan terus melambat dalam beberapa periode ke depan.

Adapun saat ini investor mengantisipasi data inflasi AS yang penting akan dirilis pada hari Selasa. 

Sementara itu, Moody’s Investors Service memberi penilaian negatif terhadap prospek peringkat utang AS pada Jumat, waktu setempat, berdasarkan pertimbangan adanya risiko terhadap kekuatan fiskal dan polarisasi politik negara tersebut.

Moody’s menurunkan prospek AS dari sebelumnya bernilai stabil, meskipun telah mengafirmasi peringkat negara tersebut pada Aaa, yang merupakan tingkat peringkat investasi tertinggi.

“Risiko negatif terhadap kekuatan fiskal AS telah meningkat dan mungkin tidak lagi sepenuhnya diimbangi oleh kekuatan kredit unik negara tersebut,” tulis William Foster, Pejabat Kredit Senior di Moody’s, dalam sebuah pernyataan resmi.

“Dalam konteks suku bunga yang lebih tinggi, tanpa langkah-langkah kebijakan fiskal yang efektif untuk mengurangi pengeluaran Pemerintah atau meningkatkan pendapatan, Moody’s memperkirakan bahwa defisit fiskal AS akan tetap sangat besar, sehingga secara signifikan melemahkan keterjangkauan utang.”

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG bergerak terkoreksi 0,4% ke 6.809 disertai dengan munculnya volume penjualan, namun koreksi IHSG masih tertahan oleh MA-20. 

“Selama IHSG belum mampu menembus area resistance terdekatnya di 6.887, maka posisi IHSG saat ini masih berada pada bagian dari wave ii dari wave (iii). Hal tersebut berarti IHSG masih rawan berbalik terkoreksi untuk menguji 6.734 terlebih dahulu,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (13/11/2023).

Herditya juga memberikan catatan, Apabila IHSG masih mampu bergerak di atas 6.639 sebagai support-nya, maka IHSG masih berpeluang bergerak menguat untuk menguji kembali rentang area 6.881-6.938.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham ADMR, ADRO, ANTM dan SMGR.

Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi melanjutkan tren fluktuatif dalam rentang perdagangan pada level 6.750-6.850 pada Pekan ini.

“IHSG melemah di bawah MA-5 (6.834) di Jumat (10/11). Pelemahan ini didukung dengan kecenderungan penurunan Stochastic RSI dari overbought area. Hal ini mengindikasikan IHSG berpotensi uji support area 6.750-6.780 di Senin (13/11),” tulis Phintraco pada riset yang diterbitkan sebelumnya.

Dengan demikian, pasar dapat mencermati saham dengan peluang rebound dan rebound lanjutan seperti ADRO, BBTN, SIDO, EXCL, BIRD dan SCMA pada perdagangan saham hari ini.

(fad)

No more pages